KATAKAN YANG BENAR MESKIPUN PAHIT DIDENGAR ORANG

Kalimat dengan tujuh kata yang dijadikan tajuk di atas terdiri dari 26 konsonan dan 16 vokal.

Sebagai intro di akun facebook milik kami, kalimat di atas tulis pada tanggal, bulan dan tahun yang serba 9. Yakni, 9 September 2009. Tepatnya hari Rabu.

Setidaknya itulah catatan sejarah yang diingatkan media sosial yang didirikan seorang pemrogram komputer dan pengusaha internet  dari USA, Mark Elliot Zuckerberg (lahir 14 Mei 1984).
 
Artinya, sampai dengan hari ini, Kamis, 13 September 2018, sudah 9 tahun dan 4 hari kami menjadi anggota "facebookers". Atau, 361 hari ke depan, insya Allah, tepat satu dasarwasa alias satu dekade nama kami  tercatat di media sosial ini.

Nama kami tersebut adalah nama yang sama aslinya dengan yang tercatat di Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan dokumen resmi lainnya. Dua kata yang memang diberikan kedua orang tua kami.

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang.

Walaupun di facebook belum 10 tahun terpublikasi, tapi "sejarahnya lebih panjang dari itu. Lebih panjang dari angka 26 total konsonan apalagi angka 16 vokal yang menyusunnya. Ya,  lebih tiga dasarwasa.

Masih tajam teringat dalam catatan pikiran, kami merangkai kata itu pada tahun 1988. Sekitar bulan Juni 30 tahun silam. Saat masih tercatat sebagai mahasiswa semester II di Prodi Biologi FKIP Universitas Riau.

Saat itu, tentu Desmiarti, adik tingkat kami yang saat ini menjadi guru Biologi dan pembimbing/pembina putri sulung kami Muthi'ah Khairun Nisa di GenRe SMANSA Bengkalis dan sahabatnya Nes Zulnesa, belum tercatat sebagai mahasiswa di Prodi yang sama.

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang.

Kata-kata itu berawal tentang opini tentang merosotnya rangking pendidikan di Provinsi Riau secara nasional yang kami tulis di mingguan Warta Karya (cikal bakalnya Harian Riau Pos sekarang).

Dua tokoh yang beberapa tahun kemudian kami kenal cukup dekat yang kala itu menjadi petinggi di Warta Karya adalah Bang H Aspraini Arsyad dan H Ruskin Har (Alm).

Ketika masih dididik Bang Wahyudi El Pangabean, Abu Bakar Siddik (ABBS), Sutrianto, dan Syafriadi, menjadi pewarta di mingguan GeNTA, kami pernah mewawancarinya keduanya.

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang.

Meskipun berawal dari opini di mingguan Warta Karya, namun inspirasi awalnya kata-kata itu adalah hadits Rasulullah SAW., yang artinya; "Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit”.

Hadits lain yang senada dengan itu yang pernah kami baca, diantaranya (artinya); "Tidak ada kejujuran yang lebih utama daripada ucapan kebenaran” atau "Tidak ada kejujuran yang lebih dicintai oleh Allah daripada ucapan kebenaran”.

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang.

Berkatalah yang benar walau itu pahit. Kebenaran tetap diterapkan walau ada celaan dan ada yang tidak suka. Inilah prinsip yang diajarkan dalam Islam oleh Nabi kita (untuk yang seakidah) Muhammad SAW.

Nasehat ini beliau sampaikan pada sahabat mulia Abu Dzarr. Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan tujuh hal padaku:
Pertama, mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka;
Kedia, beliau memerintah agar melihat pada orang di bawahku (dalam hal harta) dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku;
Ketiga, beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim (hubungan kerabat) walau kerabat tersebut bersikap kasar;
Keempat, beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada seorang pun;
Kelima, beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit;
Keenam, beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwa di jalan Allah; dan
Ketujuh, beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah” (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah ‘Arsy.”

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang.

Kebenaran itu memang pahit. Namun seperti obat tau jamu kebanyakkan, meskipun rasanya pahit ianya menyembuhkan. Atau setidaknya, ya mengurangi rasa sakit.

Bagi sebagian orang, kebenaran itu memang menyakitkan. Namun, seperti dikatakan seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad SAW., Ali bin Abi Thalib (599-661), "Sebagian obat justru menjadi penyebab datangnya penyakit, sebagaimana sesuatu yang menyakitkan adakalanya menjadi obat penyembuh."

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang.

Memang, kita harus berani mengatakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Sebab, pesan Edward Paul Abbey (1927-1989), seorang penulis dan penulis esai Amerika, "Lebih baik kebenaran yang pahit daripada delusi yang nyaman."

Apa itu delusi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, delusi bermakna 'pikiran atau pandangan yang tidak berdasar (tidak rasional), biasanya berwujud sifat kemegahan diri atau perasaan dikejar-kejar; pendapat yang tidak berdasarkan kenyataan; khayal'.

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang.

Ketujuh kata dalam kalimat tersebut adalah doa dalam bentuk lain untuk orang yang kita cintai. Jadi jangan takut untuk mengatakannya.

"Jangan berhenti berdoa untuk yang terbaik bagi orang yang kau cintai," begitu pesan lain dari Ali bin Abi Tahlib.

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang.

Sampaikan ketujuh kata dalam kalimat itu dengan jujur kepada sahabat dan siapapun orang yang kita cintai. Sebab dan masih mengutip nasehat Ali bin Abi Thalib, "Ucapan sahabat yang jujur lebih besar harganya daripada harta benda yang diwarisi nenek moyang."

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang.

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang dan meskipun akan banyak orang yang tidak menyukainya. Banyak orang yang tidak mempercayainya.

"Kebenaran suatu hal tidaklah ditentukan oleh berapa banyaknya orang yang mempercayainya," begitu pesan pahlawan Nasional Indonesia, wirausahawan dan pendiri Muhammadiyah yang nama kecilnya Muhammad Darwisy, yakni KH Ahmad Dahlan (1868-1923).

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang.

Ketujuh kalimat tersebut adalah salah satu kalimat yang dijadikan "bumbu tausiah" untuk memotivasi teman sejawat di Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Bengkalis ketika kami memberikan arahan pada apel masuk kantor, di hari pertama tahun kedua kami bertugas di "Mabes 51" atau di hari kedua tahun 1440 H, Rabu kemarin, 12 September 2018.

Sesuai warna Pakaian Dinas Harian (PDH) yang kami gunakan kemarin, yaitu hitam dan putih, maka silahkan ambil sisi putih dari tulisan ini kalau memang ada. Dan, buang jauh-jauh bila ada sisi hitamnya.

Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang.

Semoga Allah SWT., meneguhkan kita selalu di atas kebenaran dan diberi taufik berkata yang benar walau itu pahit.

Hanya Allah yang memberi taufik. *****

Pekanbaru, Kamis 13 September 2018
Menjelang dan sesudah Subuh
Coba mengikat ilmu dalam kesendirian di kamar 332 sebuah hotel yang beralamat di jalan Sisingamangaraja No 32, Kelurahan Sumahilang, Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru, Riau.


Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar