DUMAI - Opi Prastantia merupakan peserta Kafilah Kabupaten Bengkalis, Golongan Kontemporer Putri yang tangguh berjuang pada MTQ ke-42 tingkat Provinsi Riau, di Kota Dumai tahun 2024.
Pasalnya, Opi sempat mengalami pusing dan muntah ketika dipertengahan waktu mengerjakan karyanya, di Universitas Dumai pada Selasa, 23 April 2024 lalu.
Hal itu disebabkan beberapa faktor, diantaranya ketika babak penyisihan berlangsung sempat terjadi listrik mati selama sekitar 1 jam, sehingga ruangan sedikit gelap, air conditioner (AC) mati, lalu bau cat para peserta yang menyengat, ditambah lagi dengan kondisi kesehatan Opi yang semula memang sedikit lemah.
Setelah dianggap selesai mengerjakan karya kontemporernya pada babak penyisihan, sebelum waktu perlombaan berakhir, Opi langsung melapor ke panitia bahwa karyanya sudah selesai. Saat itu ia tidak sanggup membuka matanya karena pusing kepala.
Karena kondisi fisiknya yang lemah, beliau langsung dilarikan ke rumah sakit oleh Tim Medis Kafilah Kabupaten Bengkalis bersama petugas kesehatan dan keamanan di Kota Dumai.
"Memang kondisi fisik Opi ini sebelum bertanding sedikit lemah karena baru beberapa hari sembuh dari demam. Namun, semangatnya tetap tinggi untuk mengikuti perlombaan pada babak penyisihan dan akhirnya karena muntah dan pusing ia dirawat di RSUD Dumai, agar ditangani secara intensif," ujar Petugas Medis Kafilah Kabupaten Bengkalis, dr. Eni Dianti.
Ketika Opi sedang dalam perawatan, panitia pelaksana MTQ melalui situs E-MTQ Riau, sesuai jadwalnya mengumumkan finalis Kaligrafi Golongan Kontemporer pada hari Rabu siang, 24 April 2024.
Ternyata hasil Karya Opi Prastantia mendapatkan nilai 90, lebih tinggi dari peserta kontemporer lainnya dalam babak penyisihan itu. Sehingga dinyatakan masuk nominasi finalis memperebutkan gelar juara 1, 2 dan 3 golongan putri.
Atas adanya satu langkah lagi yang perlu dilewati Opi, dengan penuh harap ia menginginkan keluar dari perawatan di RSUD Dumai, untuk dapat ikut membuat karya kaligrafi kontemporernya pada pertandingan di babak final.
Akhirnya, Tim Medis Kafilah Kabupaten Bengkalis, dr. Eni Dianti, mengambil keputusan dan bernegosiasi dengan pihak RSUD Dumai, sehingga Opi dapat keluar pada Rabu malam dan terus dalam pantauan Tim Medis.
"Kita komunikasi dengan dokter RSUD Dumai dan akhirnya dibolehkan keluar, namun kita menandatangani surat pernyataan yang diterbitkan RSUD Dumai. Opi dapat keluar di Rabu malam, karena Kamis pagi hingga sore (25 April) ia ingin mengikuti perlombaan babak final. Selesai perlombaan final, akan kembali kita bawa ke RSUD Dumai," ujar dr. Eni.
Di hari pelaksanaan babak final, kondisi Opi memang masih lemah, namun semangatnya tetap tinggi dan ia terus dalam pantauan Tim Medis ketika membuat karya kontemporernya.
Ketika waktu istirahat sholat dan makan tiba, ia pun sedikit berat untuk berdiri tegak dari duduk mengerjakan karyanya, sehingga harus di bantu Tim Medis.
"Makan dan sholat pun kita tidak berikan Opi ke tempat lain, kita minta panitia untuk mengizinkan makan dan sholat di ruangan perlombaan saja, tidak ke ruangan lain. Bahkan kita makannya kita suapin," ujar dr. Eni.
Sementara itu, Ketua Tim Pelatih Kafilah Kabupaten Bengkalis, H Imam Hakim, memberikan apresiasi tinggi kepada seluruh peserta yang telah berjuang dengan sungguh-sungguh, khususnya kepada Opi yang tetap semangat meski dalam kondisi fisik yang kurang baik.
"Apapun hasilnya, Opi Prastantia sudah sangat memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa semangat yang tinggi itu sangat penting dalam mencapai sebuah prestasi. Namun yang jelas, karena Opi sudah berada di babak final, juara 3 paling tidak sudah diperolehnya. Tetapi kita yakin Opi mampu menghasilkan karya yang luar biasa dan mengantarnya untuk memperoleh predikat yang terbaik dari finalis lawan lainnya," ucap Imam Hakim.