Dalam Setandan Kelapa, Ada Juga Sebiji Dua yang Komeng?

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum, Wr., Wb,

KAMIS, setahun kurang dua bulan dan 19 hari yang lalu.

Ketika melepas 125 anggota Andam Dewi Marching Band yang akan berangkat mengikuti Grand Prix Marching Band ke-32 2016 di Bekasi, Jawa Barat, Bupati Bengkalis Amril Mukminin, mengemukakan kutipan sebuah ungkapan bijak.

Adapun ungkapan bijak dimaksud adalah, “Bersama-sama adalah sebuah awal, menjaga kebersamaan adalah sebuah perkembangan dan bekerja bersama adalah sebuah kesuksesan.”

Meskipun kutipan kalimat bijak itu dikemukakannya, Kamis, 22 Desember tahun 2016 lalu, namun kata-kata itu, khususnya bagi kami, terasa baru beberapa hari berselang disampaikannya.

Karena itu, khususnya sejak mendapat “perintah tambahan” menjadi “orang yang didahulukan selangkah, ditinggikan seranting’ di Dinas Komunikasi, informatika dan Statistik (Diskominfotik) Kabupaten Bengkalis, kebersamaan itu pula yang menjadi prioritas untuk ditegakkan. Implementasinya dalam bentuk penegakan disiplin kerja.

Oleh sebab itu pula, ketika beliau meinginstruksikan kami untuk mengikuti sebuah kegiatan di Tanjung Balai Karimun, Senin, 11 September lalu, kami “melawannya”.

“Mohon sampaikan permohonan izin dan maaf kami dengan Pak Bupati, kami tak bisa ikut acara di Tanjung Balai Karimun,” begitu bentuk “pembangkangan” dimaksud yang kami sampaikan melalui layanan messenger melalui dua orang dekatnya.

Tentu, “perlawanan” dimaksud disampaikan dengan pertimbangan yang rasional alias bukan tanpa alasan.

Salah satu dalih kami ketika itu, karena kami ingin membangun kebersamaan dengan teman-teman sekerja di tempat tugas baru, di Diskominfotik. Alhamdulillah, beliau memberikan dukungan sepenuhnya.

Hari ini, 3 Oktober 2017 atau kurang lebih tiga minggu kami bertugas di Diskominfotik.

Perlahan tapi pasti ungkapan bijak yang disampaikan Bupati Amril bertepatan dengan Hari Ibu ke-88 tahun 2016 lalu yang coba diterapkan dalam tiga minggu ini, mulai “bertunas”.

Slow but sure, tunas itupun bukan saja kian “menghijau”, tetapi juga mulai menampakkan tanda-tanda tumbuh cabang. Mulai menjadi sebuah culture, menjadi kebutuhan meskipun masih ada sedikit “warna keterpaksaan”.

Selain itu dan secara jujur harus kami akui, pada beberapa teman sekerja, implementasi ungkapan bijak Bupati Amril yang kami terapkan secara keras dan tegas dalam kurun waktu tiga minggu itu, adalah sesuatu yang “kejam”.

Mengapa ada teman sekerja kami yang masih menganggap penegakkan disiplin itu sebagai sesuatu “kejam”?

Pertama, tentunya yang bersangkutan belum bisa menghargai dirinya sendiri. Sebab kata Tung Dasem Waringin, “Hargai usaha Anda, hargai diri Anda. Penghargaan kepada diri sendiri akan membawa Anda menuju disiplin diri.”

Kedua, yang bersangkutan mungkin belum mengetahui adanya korelasi antara bakat dengan disiplin untuk mencapai kesuksesan. Dia belum mengetahui bahwa memiliki bakat yang bagus namun tak memiliki sikap disiplin, maka bakat dimaksud tak bisa dimanfaatkan untuk mencapai kesuksesan.

“Bakat tanpa disiplin adalah seperti seekor gurita pada sepatu roda. Ada banyak gerakan tapi Anda tidak pernah tahu apakah itu akan menjadi maju, mundur, atau ke samping,” begitu jelas H Jakson Brown Jr, memberikan ilustrasi.

Ketiga, yang bersangkutan mungkin belum mengetahui bahwa di antara ajaran mulia yang sangat ditekankan dalam Islam adalah disiplin.

Mengapa kita harus disiplin? Menurut M Husnaini yang kami kutip dari republika.com, disiplin merupakan salah satu pintu meraih kesuksesan. Kepakaran dalam bidang ilmu pengetahuan, tak akan bermakna signifikan tanpa disertai sikap disiplin.

Sebab ujarnya, sering kita jumpai orang berilmu tinggi tetapi tidak mampu berbuat banyak dengan ilmunya, karena kurang disiplin.

“Sebaliknya, banyak orang yang tingkat ilmunya biasa-biasa saja tetapi justru mencapai kesuksesan luar biasa, karena sangat disiplin dalam hidupnya,” tulisnya.

Keempat, meskipun sangat tidak dan sangat tidak kami harapkan sekali, bisa jadi yang mengganggap penegakkan disiplin yang kami lakukan itu sebagai sesuatu yang “kejam” tersebut adalah mereka dimaksud dalam ungkapan, “Di dalam setandan kelapa, ada juga sebiji dua yang komeng.”

Terakhir, kepada teman-teman yang sudah istiqomah untuk disiplin, kami harapkan jangan panggil mereka yang belum disiplin itu sebagai “Si Komeng”. Karena kami punya keyakinan dan sangat optimis, mereka juga kelak bisa jadi orang yang memiliki disiplin yang tinggi. Semoga!

#YukDisiplinKitaBisa.
#YukKitaBisaDisiplin.****
 
Semoga ada manfaatnya!
Aamiin ya rabbal ‘alamin!
 
Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar