BEJALAR DARI HUJAN

Sudah beberapa hari belakangan ini, utamanya di kala fajar, hujan selalu “bernyanyi” di kota Bengkalis. Tepatnya di kawasan Desa Senggoro, Kecamatan Bengkalis, tempat kami bermastautin.

Hujan bukan hanya titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan. Bukan pula hanya sebatas presipitasi.

Hujan juga tidak sekedar proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan.

Lebih dari itu semua. Hujan adalah guru. Media pembelajaran nyata. Tentu bagi yang mau dan mampu menangkapnya. Bagi yang bisa berpikir dan mau memikirkannya.

Banyak hikmah yang bisa dipetik dari hujan. Manfaat yang sangat berguna untuk hidup dan kehidupan, agar kita lebih rendah hati dan semangat menjalani hidup dalam keseharian.

Hujan itu turun dan jatuh terus. Dalam sejarah peradaban manusia, tak pernah tercatat sebaliknya. Walaupun turun dan jatuh terus, hujan tetap sampai ke bumi.

Dari fakta ini kita bisa belajar bahwa hujan tetap mencoba meskipun jatuh berkali-kali. Tanpa kenal kata menyerah, hujan terus turun.

Seperti hujan, kita juga harus selalu kuat dan tabah untuk mencapai sesuatu. Jangan pernah menyerah untuk menggapai sebuah impian. Kesungguhan memang adalah kunci pembukanya.

Kita tentu dapat membayangkan bila kemarau tanpa diselingi hujan. Semua bakal menjadi tandus. Kekeringan yang melanda akan menghapus semua keindahan di bumi.

Untung ada hujan yang datang untuk mengakhiri kemarau panjang. Jika tidak, dapat kita bayangkan sendiri akibatnya.

Seperti juga hujan di kemarau panjang, siapapun kita juga harus dapat menjadi penolong. Atau setidaknya bisa menjadi penghibur untuk orang yang benar-benar membutuhkannya. Sedikit meringankan beban orang lain.

Hujan yang turun selalu membuat cuaca dan hawa menjadi sejuk. Membuat suasana menjadi nyaman untuk berehat. Lebih-lebih jika sebelumnya panas seharian.

Melalui sifatnya ini, hujan mengajarkan kita agar menjadi orang yang bisa menenangkan. Jadi pemberi solusi. Bukan justru sebaliknya, menjadi batu api. Pembuat erosi dan emosi. Suka hasut sana, hasad sini. Demen hujat sana, hujah sini.

Hujan turun memang tak setiap saat. Namun kehadirannya sangat penting. Hujan turun selalu memberikan manfaat bagi makhluk hidup atau material yang lain.

Melalui filosofi ini, hujan memberikan tunjuk ajar supaya kita juga demikian. Kapan dan dimana pun kita berada harus dapat memberikan manfaat. Dapat berkontribusi untuk kemaslahatan.

Dengan berbagai dalih, pasti ada orang yang tak suka hujan turun. Tapi, hujan tak peduli itu. Tak takut itu.

Kita pun harus demikian. Kita tak perlu gentar untuk berbuat kebaikan. Kita tak boleh surut ke bekalang lantaran ada segelintir orang tidak senang. Kita harus dan terus maju.

Hujan turun tak kenal waktu. Bisa siang, malam, pagi atau petang, dan sebagainya.

Dalam melakukan amar ma'ruf nahi munkar, kita juga harus demikian. Waktu tak boleh menjadi sekat penghalang untuk itu.

Hujan memang tak bisa berkata-kata. Tapi seperti juga manusia, hujan pun bisa marah.

Contohnya sudah banyak. Ketika kita tak peduli lagi dengan kelestarian lingkungan, hujan yang turun dengan derasnya berubah mnjadi bencana. Banjir adalah bentuk marahnya hujan atas ketidakpedulian kita tersebut.

Kita pun demikian. Jangan salahkan jika ada orang yang marah pada kita. Utamanya bila hal itu terjadi karena kesalahan kita sendiri yang tak bisa menjaga perasaan orang lain.

Tanpa bermaksud menggurui, marahkan kalau sesuatu memang mesti dimarahkan.

Tapi marahlah yang membangun. Bukan marah yang menghancurkan. Karena marah juga seperti angin. Bisa membawa sebuah kapal berlayar sampai ke dermaga yang dituju.

Tanpa bermaksud menggurui, kalau pun harus marah, jadilah orang yang pemarah yang pemaaf. Tidak tenggelam atau larut dalam dendam dan kebencian.

Untuk marah yang terakhir ini mungkin sangat dan sangat sulit untuk kita lakukan.

Tapi seperti juga hujan yang jatuh berkali-kali, kita harus terus dan terus belajar untuk itu. Tidak boleh menyerah.

Semoga!

Wallahualam bisawab! #####

Bengkalis, 18 Juni 2020


Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar