KE MONAS, BUKAN KE TANAH ABANG

MONUMEN Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas.

Monas selalu kami rekomendasikan untuk dikunjungi sejawat di Diskominfotik.

Khususnya bagi yang pertama kali ikut mendampingi kami melaksanakan tugas kedinasan ke Jakarta.

Semenjak di Diskominfotik, setidaknya ada tiga sejawat di Bidang Sumber Daya Komunikasi dan Informatika di Diskominfotik yang bisa berfoto di monumen setinggi 132 meter (433 kaki) itu. Khususnya di tahun 2019 ini. Yakni, Ayu Erlina, Liza Atina dan Hangtuah.

Monas mulai dibangun 17 Agustus 1961 atas perintah Presiden Soekarno. Selesai dan dibuka untuk umum 12 Juli 1975.

Monumen Nasional yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat itu, didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan.

Never leave history. Jasmerah. “Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah”, begitu kata Bung Karno.

Itulah salah satu maksud dan tujuan kami mengapa merekomendasikan mereka agar ke Monas.

Agar mereka tidak melupakan perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan bangsa dan negara ini. Kemerdekaan yang 17 Agustus 2019 lalu kita peringanti untuk yang ke-74.

Supaya mereka memiliki sense of history. Rasa Sejarah.

Sebab, kata Adolf Hitler, ”Orang yang tidak memiliki rasa sejarah, adalah seperti orang yang tak memiliki telinga atau mata”.

Seperti cakap Adolf Hitler itu, kami rekomendasikan ke Monas, agar telinga dan mata mereka “berfungsi”.

Tidak boleh buta tuli. Atau hanya sebatas tempat memfungsikan cutton bud dan tisu saat menghapus tetes air mata.

Atau, hanya digunakan untuk mendengar gosip murahan. Untuk lirik kanan kiri tak tentu arah.

Sejarah merupakan disiplin ilmu yang didasarkan pada adanya bukti. Real count. Bukan hitung cepat atau quick count.

Belajar sejarah akan memberikan keterampilan tak hanya terbatas pada pembelajaran di masa lampau. Tetapi juga keterampilan analisis.

Berbagai keterampilan ini tentu sangat berharga dan bermanfaat di banyak pekerjaan.

Dan, tidak terkecuali tugas dan fungsi kami di Diskominfotik sebagai pelaksana tugas-tugas kehumasan di Pemkab Bengkalis

Tugas dan fungsi yang memang mengharuskan untuk itu. Mesti menggunakan telinga dan mata. Membutuhkan keterampilan analisis.

Tentu telinga dimaksud adalah yang kanan dan kiri. Dan, mata yang dimaksud juga termasuk mata kaki dan mata hati.

Itulah mengapa kami selalu merekomendasikan teman sejawat yang kali pertama ikut dinas ke Jakarta untuk ke Monas. Bukan ke Pasar Tanah Abang.*****

 

Bengkalis, 4 September 2019


Opini Lainnya

Tulis Komentar