BENGKALIS - Azra'ie Zakaria adalah seorang ulama, dosen dan penulis berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan alumni dari Universitas Al-Azhar pertama yang berasal dari Bengkalis dan dikenal sebagai salah satu dari cendekiawan muslim paling berpengaruh di Indonesia pada akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-21.
Azra'ie dilahirkan pada 31 Juli 1947 di Kelapapati, Bengkalis, sebagai anak kelima dan putra kedua dari tujuh bersaudara pasangan Zakaria bin Muhammad Amin, seorang ulama, dan Mariah binti Ahmad, seorang ibu rumah tangga.
Ia memiliki dua orang saudara laki-laki bernama Nashruddin, seorang pegawai di Kantor Departemen Agama Kabupaten Bengkalis, dan Syakrani Zakaria, seorang pegawai Syahbandar Bengkalis, dan empat orang saudara perempuan bernama Aminah, seorang guru yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 2 Bengkalis. Zaharah, seorang politikus yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tingkat II Bengkalis dari Fraksi Karya Pembangunan. Ulfah, seorang ibu rumah tanggan dan Hanim Zakaria, seorang guru sekolah dasar di Pekanbaru.
Azra'ie juga memiliki tiga orang saudara tiri laki-laki dari pihak ayah bernama Zulkarnain, seorang pegawai pertanian pemerintahan Provinsi Riau, Nukman, seorang pensiunan pegawai pertanian tanaman pangan tingkat II di Bengkalis, dan Gamal Abdul Nasir Zakaria, seorang dosen pendidikan Islam dan bahasa Arab di Institut Pendidikan Sultan Haji Hassanal Bolkiah di Universiti Brunei Darussalam.
Lalu, tiga orang saudara tiri perempuan dari pihak ayah bernama Rita Puspa, seorang PNS yang menjabat sebagai wakil direktur bagian pelayanan di RSUD Bengkalis, Nida Suryani, seorang guru sains di SMP Al-Amin Bengkalis, dan Sri Purnama Zakaria, seorang guru bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Bengkalis, dari pernikahan kedua ayahnya dengan Siti Zainab binti Kimpal.
Kakek dari pihak ibunya adalah Tuan Guru Haji Ahmad, seorang ulama yang dikenal sebagai orang pertama yang mendirikan lembaga pendidikan Islam di Bengkalis. Azra'ie juga merupakan keponakan dari Abdul Karim Ahmad, seorang ulama dan politikus yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Provinsi Riau hingga tahun 1971 dan dikenal sebagai salah satu pendiri dari Yayasan Darul Mukmin di Kabupaten Karimun.
Azra'ie menamatkan pendidikan sekolah menengah atasnya di SMA Negeri 1 Bengkalis pada tahun 1966. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Fakultas Syariah wal Qanun di Universitas Al-Azhar dan lulus pada tahun 1975, menjadikannya orang pertama asal Bengkalis yang menamatkan pendidikan di universitas tersebut.
Azra'ie meraih gelar magister dan doktor dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan disertasi yang berjudul Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun dan Relevansinya dengan Pendidikan Modern.
Azra'ie memulai kariernya dengan bekerja di Radio Cairo pada tahun 1983 hingga 1990. Setelah kembali ke Indonesia, ia bekerja sebagai penerjemah di Kedutaan Besar Suriah dan Kedutaan Besar Libya. Azra'ie kemudian menjabat sebagai kepala sekolah di Madrasah Aliyah Sultan Hasanuddin pada tahun 1993 hingga 2000. Ia juga mengajar sebagai dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta dan Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tiara Rawamangun, serta mengajar sebagai dosen program magister di Universitas Islam As-Syafi'iyah.
Selain mengajar di kampus, Azra'ie juga aktif berkhotbah di berbagai masjid di Jakarta dan mengajar di berbagai masjid tersebut pada malam hari.
Kemudian menjadi pengajar pada majelis taklim dengan kajian kitab kuning dan kajian tafsir. Azra'ie menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Qur'an pada siang dan malam hari serta menulis buku. Ia pernah mendirikan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Al-Khairiyah.
Azra'ie menikah dengan Athiah Muhayat, seorang dosen, di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo pada 31 Desember 1983. Mereka dikaruniai seorang putra bernama Adri Imaduddin Azra'ie, seorang guru, dan dua orang putri bernama Ilham Zurriyati, seorang apoteker, dan Maya Fadlilah Azra'ie, seorang pegawai negeri sipil. Azra'ie meninggal dunia di RSAU dr. Esnawan Antariksa yang berada di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, pada 19 Juli 2019 akibat penyakit diabetes yang dideritanya pada usia 71 tahun dan dimakamkan di Kalibata. #DISKOMINFOTIK