Tulisan Jawi adalah salah satu peninggalan penting dalam sejarah kebudayaan dan bahasa di Nusantara. Sebagai aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Melayu sejak abad ke-14, tulisan Jawi memiliki nilai historis dan kultural yang sangat tinggi. Ia tidak hanya menjadi media komunikasi, tetapi juga cerminan peradaban Islam-Melayu yang berkembang pesat di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Seiring masuknya pengaruh kolonial dan modernisasi, penggunaan tulisan Jawi mengalami kemunduran. Sistem pendidikan kolonial Belanda memperkenalkan huruf Latin sebagai standar penulisan, sehingga tulisan Jawi secara perlahan tersingkir dari ranah pendidikan dan administrasi. Akibatnya, generasi masa kini banyak yang tidak lagi mengenal atau mampu membaca aksara Jawi, meskipun naskah-naskah berharga dan dokumen sejarah banyak ditulis dalam tulisan ini.
Pelestarian tulisan Jawi sangat penting dilakukan karena ia merupakan bagian dari identitas budaya masyarakat Melayu dan warisan literasi bangsa Indonesia. Aksara ini menjadi saksi perjalanan intelektual dan spiritual masyarakat Nusantara, terutama dalam penyebaran ajaran Islam, sastra klasik, serta sistem hukum dan pemerintahan tradisional. Dengan memahami dan melestarikan tulisan Jawi, kita turut menjaga memori kolektif dan jati diri bangsa.
Upaya pelestarian bisa dilakukan melalui berbagai cara. Pertama, integrasi pengenalan tulisan Jawi dalam kurikulum pendidikan, khususnya di madrasah atau sekolah berbasis budaya lokal. Kedua, transliterasi dan digitalisasi naskah-naskah klasik beraksara Jawi agar dapat diakses lebih luas oleh masyarakat modern. Ketiga, pelatihan membaca dan menulis Jawi melalui komunitas, pesantren, atau pusat kajian budaya.
Selain itu, tulisan Jawi juga bisa diangkat kembali dalam seni dan desain kontemporer, seperti kaligrafi, seni grafis, hingga media digital. Pendekatan ini dapat menjembatani warisan tradisional dengan generasi muda yang lebih visual dan digital.
Pelestarian tulisan Jawi bukan hanya bentuk penghormatan terhadap masa lalu, tetapi juga langkah strategis untuk memperkuat identitas bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu, dan Jawi merupakan salah satu medium utama dalam perkembangan bahasa tersebut. Dengan demikian, menjaga tulisan Jawi sama artinya dengan menjaga akar dan jati diri bahasa nasional kita.
Ditulis oleh : Muhammad Al Hafiz (202401022). Mahasiswa ISNJ Bengkalis, Jurusan Akuntansi Syariah