Pencarian

Transisi Dari Tulisan Jawi ke Latin: Dampaknya Terhadap Bahasa Indonesia

Transisi dari tulisan Jawi ke huruf Latin merupakan salah satu perubahan besar dalam sejarah bahasa dan literasi di Nusantara. Tulisan Jawi yang berbasis huruf Arab telah digunakan secara luas sejak abad ke-14 untuk menuliskan bahasa Melayu. Sistem tulisan ini tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga sarana penyebaran ilmu pengetahuan, ajaran agama Islam, serta administrasi kerajaan-kerajaan Islam di wilayah Melayu dan sekitarnya.

Namun, dengan datangnya kolonialisme Barat, terutama Belanda, sistem pendidikan formal yang diperkenalkan menggunakan huruf Latin sebagai standar. Sejak awal abad ke-20, penggunaan huruf Latin mulai diperluas dan secara perlahan menggantikan peran aksara tradisional seperti Jawi. 

Buku pelajaran, media cetak, dan dokumen resmi mulai diproduksi dalam huruf Latin, menjadikannya lebih dominan di tengah masyarakat, terutama di kalangan pelajar dan kaum terpelajar.

Transisi ini berdampak besar pada perkembangan bahasa Indonesia. Di satu sisi, penggunaan huruf Latin memudahkan proses standarisasi, kodifikasi, dan modernisasi bahasa. Latin lebih praktis untuk keperluan percetakan, pengajaran, dan komunikasi global. 

Bahasa Indonesia yang lahir dari bahasa Melayu pun dengan cepat berkembang melalui penggunaan huruf Latin yang dianggap lebih universal. Namun di sisi lain, transisi ini juga berdampak pada terputusnya sebagian generasi muda dari khazanah naskah-naskah klasik berbahasa Melayu yang ditulis dalam Jawi. 

Banyak manuskrip penting, termasuk karya sastra, keagamaan, dan hukum adat, menjadi sulit diakses karena keterbatasan kemampuan membaca tulisan Jawi di kalangan masyarakat modern. Akibatnya, pemahaman terhadap sejarah dan tradisi intelektual lokal menjadi tergerus.

Transisi ini mencerminkan dilema antara modernisasi dan pelestarian budaya. Meskipun huruf Latin memberi kemudahan dan kemajuan, kehilangan kemampuan membaca Jawi berarti juga kehilangan sebagian memori budaya bangsa. Untuk itu, upaya pelestarian Jawi tetap penting dilakukan melalui pendidikan, transliterasi, dan digitalisasi naskah-naskah lama.

Dengan memahami dinamika transisi ini, kita bisa lebih bijak dalam menempatkan bahasa Indonesia sebagai produk sejarah yang tidak lepas dari pengaruh aksara Jawi, serta pentingnya menjaga kesinambungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan bahasa dan literasi bangsa.

Ditulis oleh : Safika Saputra (202401031). Mahasiswa ISNJ Bengkalis, Jurusan Akuntansi Syariah

Tim Redaksi