Bupati Kasmarni: Sang Harimau Pesisir

Teks foto: Chaidir (Ketum FKPMR)

SIAPA kenal Kasmarni? Dia hanya seorang ibu, ASN, penjaga di meja luar ruang kerja Gubernur Riau Saleh Djasit pada masanya. Selalu menyempatkan diri ngelap sepatu suaminya ketika suaminya hendak berangkat kerja?

“Saya tidak melupakan kodrat saya sebagai seorang perempuan dan ibu rumah tangga,” ujarnya dalam sebuah perbincangan ringan di kediaman resmi Bupati Bengkalis, rumah jabatannya, beberapa hari lalu.

Sebagai seorang ASN pada umumnya, ia mengikuti karir merangkak dari bawah, ikut diklat penjenjangan, sampai kemudian menjadi Camat. Namun modal sosial soft skill (leadership) dalam dirinya berkembang subur, sampai kemudian ia terpilih menjadi Bupati Bengkalis pada 2020 lalu.

Namun keraguan terhadap kepemimpinan Kasmarni belum berakhir ketika ia mulai menjalankan roda pemerintahan. Nama besar Bengkalis dan lintasan sejarah kegemilangan daerah ini dianggap terlalu besar dan berat bagi seorang kepala daerah perempuan. Apalagi secara geografis Bengkalis berpulau-pulau, berawa-rawa, berselat-selat, dan di musim utara, Selat Melaka berombak tinggi tak bersahabat.

Bengkalis memang memiliki keunggulan komparatif karena letaknya yang sangat strategis di bibir Selat Melaka. Sebelum kemerdekaan, wilayah ini menjadi rebutan Inggris dan Belanda. Ketika Inggris memilih Singapura dalam Traktat London 1824, Inggris melepaskan klaimnya atas Bengkalis dan menyerahkan Bengkalis sepenuhnya kepada Belanda.   Maka, Belanda pun mengembangkan Bengkalis sebagai basis perdagangannya.

Pasca penjajahan Belanda dan pasca pemekaran Provinsi Sumatera Tengah, Bengkalis menjadi primadona Provinsi Riau. Dengan tingkat produksi minyak satu juta barel perhari yang ladangnya tersebar di seluruh wilayah, Bengkalis memberi kontribusi lebih dari 50% pendapatan negara yang berasal dari migas, ketika itu. Perairannya pun surga bagi nelayan dan Bengkalis terkenal sebagai penghasil ikan terubuk.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, Kabupaten Bengkalis dimekarkan, terbentuklah empat daerah otonom baru yakni Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Namun Bengkalis sebagai kabupaten induk tetap eksis sebagai kabupaten dengan APBD terbesar di Provinsi Riau dan termasuk dalam sepuluh besar di Indonesia.

Wilayah berpulau-pulau yang terbentang di pesisir Selat Melaka, Bengkalis memberi tugas berat bagi siapapun Kepala Daerahnya. Prasarana dan sarana transportasi adalah masalah utama, pembangunan pelabuhan, penyediaan air bersih, pelayanan kesehatan dan fasilitas pendidikan, serta peningkatan ekonomi nelayan, serta abrasi pantai di sepanjang Selat Melaka menjadi masalah yang tak habis-habisnya, never ending problem di Bengkalis.

Di tengah tantangan berbagai persoalan tersebut, Bupati Kasmarni seperti tak kenal gentar untuk memikul beban yang terletak di pundaknya sebagai seorang bupati. Tak menunggu waktu lama, di tangan Kasmarni, perempuan pertama yang menakhodai Bengkalis, prestasi demi prestasi diraih, melampaui ekspektasi publik yang pada awalnya ragu terhadap kepemimpinannya.

Selama dua tahun kepemimpinannya,  Bupati Kasmarni menerima belasan penghargaan berkelas (baik tingkat nasional maupun provinsi). Yang paling bergengsi tentulah Penganugerahan Kepala Daerah Perempuan Inspiratif Pilihan Media TEMPO Jakarta (22/9/2022).  Penghargaan diberikan kepada Bupati Bengkalis Kasmarni atas keberhasilannya mendorong kemajuan daerah yang dipimpinnya sejak dilantik pada 26 Februari 2021 lalu. Dalam waktu satu tahun, melalui kerja kerasnya, Bupati Kasmarni berhasil menarik perhatian media sekelas TEMPO untuk angkat topi. Bupati Kasmarni menerima penganugerahan di East Java Ballroom Hotel The Westin Jakarta Selatan. Seperti kita ketahui, media TEMPO sangat terpercaya di tanah air.

Terkini, Bupati Bengkalis Kasmarni menerima anugerah Bupati Pendukung Gerakan Zakat yang diserahkan langsung oleh Ketua Baznas RI Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA., bertempat di Ruang Pertemuan Hotel Surya Duri Kecamatan Bathin Solapan, Duri, Senin, (6/11/2023).

Apa yang menjadi kekuatan kepemimpinan Bupati Kasmarni? Paham. Itulah kekuatannya. Dia paham bahwa kepemimpinan merupakan unsur terpenting dalam sebuah organisasi pada semua level. Sebagai orang Melayu dia paham bahwa pemimpin adalah orang dituakan, yang didulukan selangkah, ditinggikan seranting, dilebihkan serambut, dimuliakan sekuku. Ungkapan tersebut menunjukkan, bahwa antara pemimpin dengan pihak yang dipimpin jaraknya hanya sekadar “didulukan selangkah dan ditinggikan seranting”, sehingga mudah dijangkau dan dihubungi. Dengan demikian terjalin komunikasi yang akrab dalam organisasinya. Diibaratkan “bagaikan aur dengan tebing, bagaikan kuku dengan isi, bagaikan mata putih dengan mata hitam” (Tenas Effendy, 2000).

Bupati Kasmarni juga paham filosofi kepemimpinan Ki Hajar Dhewantara: ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Ing Madya Mangun Karsa, menuturkan bahwa seorang pemimpin harus berada di tengah untuk membangun dan membangkitkan semangat berkarya orang yang dipimpin dalam organisasinya guna mencapai tujuan.

Bupati Kasmarni menyadari bahwa Pemerintah Kabupaten Bengkalis yang dinakhodainya adalah sebuah organisasi, sebuah tim. Dia menyadari kerjasama tim adalah kunci keberhasilannya. Bila dikelola dengan baik tim ini akan menjadi superteam.  Untuk membangun sebuah superteam ia harus turun langsung ke lapangan dan menjalin komunikasi yang baik dengan orang-orang yang dipimpinnya, anggota timnya; memberi tunjuk ajar langsung. Itulah yang dilakukannya, dan dia mampu melakukannya dengan pantas, tak kenal takut tak kenal lelah, layaknya harimau pesisir. Syabas Bupati Kasmarni.


Tim Redaksi