Pencarian

STIE Gelar Seminar Nasional Pengembangan Ekonomi Islam

BENGKALIS – Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Syariah Bengkalis menggelar seminar nasional dengan menggusung tema Pengembangan Ekonomi Islam di Wilayah Rumpun Melayu, Senin 3 Oktober 2022.

Kegiatan yang dilaksanakan di Aula kampus STIE Syari'ah ini menghadirkan narasumber Rizal Akbar S.Si., M.Phil dari Himpunan Pesisir Selat Melaka, Sekretaris ICMI dan Kabag Ekonomi H Khairi Fahrizal, ST., MPWK, Ahmad Sirotol SH.,MH dari Program Studi (PRODI) Hukum Ekonomi Syariah, Nurmahadi M.Ak dari Prodi Akuntansi Syariah. 

Menurut Ketua STIE Syariah Bengkalis Khodijah mengatakan, Ekonomi Islam merupakan potensi besar di Indonesia yang harus digali, karena sektor ekonomi dengan prinsip syari'ah tersebut bisa berperan dalam mendorong perekonomian ragional maupun nasional.

“Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan literasi mahasiswa Ekonomi Islam, dan diakhirnya nanti dapat dijadikan riset dan jurnal bersama,” ungkap wanita kelahiran Desa Muntai ini.  

Selain itu, Khodijah menyampaikan bahwa Penduduk Muslim Indonesia saat ini sebesar 86,9 % dan Penduduk Muslim Riau yang merupakan daerah pesisir sebanyak 87%, sehingga 10 tahun terakhir ini Bank banyak konversi dari Bank Konvensional menjadi Bank Syariah, tidak hanya itu 75 Negara di dunia sudah menggunakan Sistem Ekonomi dan Keuangan Islam.

Ekonomi Melayu bisa jadi kekuatan ke-3 dunia yang dapat dilakukan dengan Pendidikan karena berdasarkan Islamic Finance Development Report (IFDI) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menyediakan Pendidikan Keuangan Syariah terbesar di dunia. Selain itu juga dapat dilakukan dengan penguatan kerjasama dan mempererat hubungan antara bangsa serumpun 

Berdasarkan global Islamic economy indicator 2022 bahwa Indonesia menempati rangking ke-4 , sementara pada Islamic finance penempati rangking ke-5, Muslim friendly travel berposisi urutan ke-4, modest Fashion menepati rangking ke-3

Sementara itu, salah satu narasumber Rizal Akbar mengatakan Ekonomi Rumpun Melayu dapat dilihat dari dua Paradigma yaitu Paradigma New Klasik (Pendekatan Teori Modenisasi) dan Paradigma Ekonomi Institusi (Pendekatan Dependedcy Theory).

Tidak hanya itu, ketertinggalan masyarakat melayu pesisir selat Melaka dalam pemanfaatan ekonomi selat Melaka dapat dilihat dari dua factor yaitu internal dan eksternal, dan juga perubahan struktur politik mengakibatkan rumpun ini tidak lagi unggul dari sisi perdagangan sehingga bergeser pada sector hulu pertanian dan perkebunan yang tidak terintegrasi dengan ekonomi global. ##DISKOMINFOTIK

 

Tim Redaksi