ROHIL - Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Ke-40 Tingkat Provinsi Riau 2022 usai sudah. Bagi Kabupaten Bengkalis, kegiatan yang dipusatkan di Bagan Siapi-api, Rokan Hilir itu menyisakan berbagai kejutan.
Salah kejutan datang dari cabang Karya Tulis Ilmiah Al-Qur'an (KTIQ). Pasalnya, dua peserta asal Negeri Junjungan, Wahyu Subakti dan Juliana sukses menyabet juara 1 dilomba tersebut.
Suksesi kedua peserta yang ternyata asal Pangkalan Batang ini, menghempaskan asa peserta dari kabupaten kota lain untuk menjadi peserta MTQ Nasional utusan Provinsi Riau.
Sebab, selain menyumbangkan 10 point untuk kafilah Kabupaten Bengkalis, kedua alumni STAIN Bengkalis ini berpotensi menjadi duta Provinsi Riau pada MTQ Nasional mendatang.
Keberhasilan kedua peserta ini patut diapresiasi, sebab dari sekian banyak cabang MTQ, KTIQ menjadi salah satu cabang yang cukup berat untuk diikuti.
Berbeda dengan cabang lain, untuk tampil di final saja, seorang peserta harus melewati tiga tahapan lomba. Mulai penyisihan, semi final dan final. Sedangkan cabang lain biasanya dua, penyisihan dan final.
Waktu lomba juga cukup menguras tenaga dan pikiran, untuk membuat karya tulis ilmiah waktu yang diberikan oleh majelis hakim sekitar 9 jam.
Apabila berhasil di final, layaknya sedang sidang skripsi, tesis atau disertasi. Peserta dituntut mempresentasikan karya ilmiahnya dihadapan majelis hakim.
Peserta selama kurang lebih 15 menit, akan dicecar berbagai pertanyaan oleh majelis hakim, guna mempertanggungjawabkan tulisannya tersebut.
Saat penyisihan, Wahyu pemuda kelahiran Pangkalan Batang, 13 September 2000 berhasil menyelesaikan makalah berjudul "Internalisasi Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan".
Sedangkan Juliana, gadis berkacamata kelahiran Pangkalan Batang, 10 Juni 1998 sukses membuat makalah berjudul "Penguatan Moderasi Agama di Lingkungan Keluarga".
Wahyu, buah hati dari pasangan Sakirun dan Yusmidar saat penyisihan mendapatkan nilai 81,72.
Sedangkan, Juliana anak sulung Darwin dan Assaidah berhasil mendapatkan nilai 79,83.
Kedua peserta yang dikenal pendiam namun santun dan beradab ini, sukses masuk ke semi final.
Di babak semi final, dengan berani Wahyu mengangkat Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis e-Commerce ke dalam makalahnya.
Secara garis besar, peserta yang kini menetap di Jalan Utama Gg. Setia Budi RT. 013 RW. 003, Pangkalan Batang itu, ingin menjadikan e-commerce dengan layanan go-food sebagai usaha berbasis digital untuk memberdayakan ekonomi umat Islam, terutama kalangan milineal.
Sedangkan, Juliana tertarik dengan makalah Pengembangan Ekonomi Umat Berbasis Kearifan Lokal.
Peserta beralamat di RT. 001 RW. 001 Dusun Kematang, Pangkalan Barat itu mencoba menggali dan mengembangkan kearifan lokal/sumber daya alam sebagai usaha ekonomi produktif yang akan meningkatkan taraf kehidupan umat Islam.
Ternyata dua buah pikiran peserta Negeri Junjungan itu, membuat majelis hakim MTQ Riau tertarik dan mengantarkan keduanya sebagai finalis.
Bersama Fakhrurrozi dari Rokan Hilir dan Muhammad Muhsin Afwan Kota Dumai, Wahyu melenggang ke final.
Sedangkan Juliana, bersama Zuliantia Pelalawan dan Intania Safitri Rokan Hilir, mengikuti jejak Wahyu ke babak akhir.
Alhamdulillah, saat final dengan matangnya keilmuan yang mereka miliki, serta kemampuan tampil percaya diri didepan umum, keduanya sukses meyakinkan para penanya Majelis Hakim.
Kerja keras keduanya terbayarkan, nama keduanya dipanggil sebagai terbaik satu, di malam penutupan MTQ Ke-40 Tingkat Provinsi Riau, Jumat malam 29 Juli 2022.
Senyum sumringah dan kebahagiaan terpancar dari keduanya, dan tentu saja senyum kebahagiaan dari peserta lainnya yang berhasil mengharumkan Kabupaten Bengkalis.
Kebahagiaan dan rasa syukur juga dirasakan oleh sang pelatih, Ustadz Amrizal.
Sangat beralasan, apabila sang mentor merasa bangga atas keberhasilan kedua anak didiknya tersebut.
Dijelaskannya, untuk mematangkan keduanya, berbagai cara dilakukan pelatih yang kini menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Kabupaten Bengkalis itu.
Selain training center yang digagas LPTQ Kabupaten Bengkalis dan Bagian Kesejahteraan Rakyat. Buya Amrizal juga meluangkan waktunya untuk mengajar diluar waktu tersebut.
Menurut Amrizal, keberhasilan keduanya pada hakikatnya merupakan buah dari ikhtiar dan doa semua pihak.
"Selamat dan tahniah diucapkan keduanya. Secara pribadi, saya turut bangga atas prestasi terbaik yang diraih, tapi saya akan lebih merasa bangga lagi bila keduanya setelah ini benar-benar menjadi penulis," pesannya.
Menurutnya, peserta tidak hanya menulis karena ingin mengikuti lomba saja. Tapi terus dan berkesinambungan.
"Jadikan menulis sebagai kebiasaan dan jangan pernah berhenti menulis karena peradaban umat manusia diwariskan melalui tulisan. Jikalau tidak karena tulisan, maka Al-Quran sebagai sumber peradaban tidak akan sampai ke negeri kita yang sangat jauh dari tempat turunnya," pesannya mengakhiri.