Terima kasih memang hanya dua kata.
Akan tetapi, jangankan di dunia maya, di kehidupan nyata pun, terbukti juga masih banyak orang yang tak tahu cari menuliskannya.
Tentunya, menuliskannya dimaksud adalah dengan cara yang baku menurut kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tersebab teguh dengan prinsip “membenarkan yang biasa”, bukan “membiasakan yang benar”, oleh mereka yang demikian, kedua kata tersebut dituliskan dengan cara digabungkan; “terimakasih”.
“Terimakasih”, tak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring. Entri tidak ditemukan.
Maknanya, “terimakasih” bukanlah kosakata dalam bahasa Indonesia.
Jadi "terimakasih" tak ada artinya. Tak memiliki maksud yang terkandung. Tidak ada maknanya.
Terima kasih dan terimakasih.
Meskipun huruf-huruf yang menyusunnya sama persis, keduanya memang tak sama. Bukan sinonim atau antonim. "Terimakasih" bukan pula bentuk tidak baku dari "terima kasih".
Sebab itu, kalau ada yang mengatakan “terima kasih” dan “terimakasih” setali tiga uang, jelas itu kekeliruan yang teramat sangat besar.
Terima kasih.
Menurut KBBI daring, terima kasih artinya rasa syukur.
Masih menukil KBBI daring, syukur artinya “rasa terima kasih kepada Allah.”
Artinya yang lain adalah “untunglah (pernyataan lega, senang, dan sebagainya).”
Islam, agama yang kami anut, mengajarkan umatnya untuk pandai berterima kasih. Tak boleh kufur.
Dalam Islam, pandai berterima kasih termasuk bagian dari ajaran yang penting. Sangat diperhatikan di mata Allah sekaligus juga bagi manusia.
Salah satu efek positif pandai berterima kasih, bisa membuat orang miskin menjadi kaya, dan orang sedih menjadi bahagia.
Bersyukur merupakan sifat para nabi dimana mereka senantiasa berterima kasih pada Allah Swt., atas nikmat yang diberikan, walaupun mereka diberi berbagai cobaan dan rintangan, itulah orang orang yang mulia.
Bersyukur merupakan salah satu perintah Allah Swt.
Sebagai umat Islam, siapa pun, kapan pun dan dimana pun, kita wajib menjalankan perintah-Nya dan
mengikuti teladan kebaikan yang diberikn oleh para nabi terdahulu.
Sebab, Allah Swt., memberikan nikmat bukan hanya kepada para nabi, tetapi merata kepada setiap makhluk-Nya. Tak ada satupun yang hidup di dunia ini yang tidak mendapat kenikmatan dari Allah Swt.
Kemudian, pandai berterima kasih juga dapat menghindarkan dari berbagai penyakit hati seperti dengki, iri, dendam, dan sebagainya.
Sebab dengan senantiasa bersyukur, maka akan membuat kita menerima apa adanya nikmat dari Allah Swt., dengan berharap ridho-Nya, tidak semata mengejar kenikmatan duniawi.
Firman Allah Swt., dalam Quran Surat Ibrahim ayat 7, yang artinya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Semoga kita termasuk orang cerdas dalam bersyukur. Pandai dalam berterima kasih.
Dan tentunya, juga pandai menuliskannya dengan kata “terima kasih” yang baik dan benar.
Tak lagi menuliskannya dengan cara disatukan; “terimakasih”.
Terima kasih kami untuk siapa pun yang membaca tulisan ini sampai khatam. Sampai titik terakhir. #####