SABTU, 2 Mei 2020. Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Bengkalis, hanya 3 orang.
Di hari Pendidikan Nasional itu, Bengkalis masih termasuk dalam zona hijau, bersama 7 kabupaten lainnya di Provinsi Riau.
Memang, jumlah kasus tersebut sama dengan Kabupaten Kampar. Namun ada bedanya.
Sesuai infografik di corona.riau.go.id., Kampar sudah zona merah, bersama Kota Pekanbaru, Kota Dumai, dan Kabupaten Pelalawan.
Kemarin, Kamis, 7 Mei 2020. Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Bengkalis menjadi 5 orang. Naik 66,67 persen dalam waktu 5 hari. Atau, 13,33 persen tiap harinya. Sudah “mengalahkan” Kampar.
Walau tak diharapkan, bahkan sangat, sangat tak dihendaki sama sekali, namun, jika angka penambahan itu terus berlanjut dan sama, maka awal Juni 2020, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di daerah ini, bakal melonjak drastis.
Sekali lagi, seandainya tren penambahan itu terus berlanjut dan sama, maka sesuai kalkulasi di atas kertas, awal bulan depan, secara kumulatif bakal naik 300 persen dibandingkan kemarin.
Yakni, akan menjadi 15 orang. Bakal sama dengan kasus terkonfirmasi positif di Kota Dumai, atau lebih 50 persen dari angka kasus yang sama di Kota Pekanbaru yang tercatat kemarin.
Dan, bila seandainya di 11 kabupaten/kota lain stagnan, maka di awal Juni 2020, sekitar seperlima atau 19,74 persen kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Riau, bakal ada di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini.
Potensi untuk itu ada. Ada klaster pondok pesantren Magetan, Jawa Timur yang berjumlah 54 orang.
Dalam kondisi demikian, meskipun kita semua berada di garda terdepan penanggulangani Covid-19 di daerah ini, namun tak dapat dipungkiri, peran tenaga medis sangat diperlukan. Mereka bakal bekerja lebih ekstra lagi.
Untuk itu, mari kita berikan dukungan moril buat mereka. Bukan justru sebaliknya. Memberikan stigma negatif. Menuduh atau menuding mereka penyebar Covid-19.
Ingat dan percayalah, meskipun “dipaksa” sekalipun, jumlah mereka tak akan mungkin berkorelasi linier (positif) dengan penambahan jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan atau peningkatan angka kasus positif Covid-19.
Bahkan bisa justru sebaliknya. Berkorelasi negatif. Tapi hubungan sebab akibat yang terakhir, jangan pernah terlintas. Apalagi diharapkan.
Percayalah, walaupun dana tanpa batas, dan sekalipun peralatan medis di rumah sakit, Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya serba lengkap dan termutakhir, tanpa mereka, semua itu tak ada guna. Tak bisa untuk menangani Covid-19. Semuanya menjadi sia-sia.
Untuk itu, sekali lagi, mari kita berikan dukungan moril, agar semangat mereka tak pernah mengendur. Tak pernah surut ke belakang, meskipun ke depan jumlah kasus PDP dengan rafid test reaktif maupun terkonfirmasi positif Covid-19, bisa jadi terus bertambah.
Jika sayang pada diri sendiri, pada orang yang kita sayangi, masyarakat dan negeri ini, yuk kita hilangkan semua pikiran-pikiran yang tak elok itu, yang tak terpuji tentang mereka yang ada di kepala otak kita.
Dengan cara dan dalih apapun, jangan kita tebar dan sebar stigma negatif tersebut. Termasuk melalui media sosial. Sebab, dampaknya, baik jangka pendek atau panjang, akan merugikan kita semua.
Pecut dan lecut, agar nyali mereka tak pernah ciut, menyusut dan mengerut, walaupun mereka dan keluarganya sadar betul, jika mereka berada di garda terdepan yang paling dekat dengan maut.
“Orang bijak berbicara karena mereka mempunyai sesuatu untuk dikatakan, orang bodoh berbicara karena mereka ingin mengatakan sesuatu” demikian kata Plato, filsuf dari Yunani (427 SM-347 SM).
Yuk! Jadi orang bijak, meskipun (mungkin) kita tergolong orang yang ingin mengatakan sesuatu sebagaimana dikatakan Plato.
Insyaallah kita bisa! #####