JANGAN SALAH MENILAIKU

JANGAN salah menilaiku.

Sejak mendengar lagu tersebut ketika didendangkan 2 orang seniman jalanan, kini kami jadi kian gandrung menikmatinya.

Kedua seniman jalanan itu melantunkannya ketika kami bersama sejumlah sejawat tengah santap siang di rumah makan Pagaruyuang 125 Duri. Tepatnya Kecamatan Bathin Solapan.

Rumah makan Padang yang tak jauh dari Surya Hotel di jalan Jenderal Sudirman Duri itu, merupakan salah satu tempat langganan kami ketika, tengah bertugas di Kecamatan Mandau dan sekitarnya

“Jangan kau salah menilaiku dengan semua sikap diamku ini”, itulah lirik yang sangat kami sukai dari lagu ciptaan Wences Laus Maria tersebut.

Mengapa? Karena agama yang kami yakini ((Islam) mengajarkan itu. Diam itu baik. Diam itu emas.

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam”, demikian arti sebuah hadits yang pernah kami baca.

Sedangkan hadits yang lain memberi tunjuk ajar, “Seseorang mati karena tersandung lidahnya dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya. Tersandung mulutnya akan menambah (pening) kepalanya, sedangkan tersandung kakinya akan sembuh perlahan.” (HR. Bukhari).

Ada banyak keutamaan diam dalam Islam. Juga keutamaan menjaga lisan dalam Islam, diantaranya adalah bahwa diam adalah ibadah yang paling ringan tapi tinggi.

Rasulullah SAW bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan tentang ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi badan? Diam dan akhlak yang baik”. (HR. Ibnu Abi Dunya).

Memang di saat ini, di tengah makin maju dan canggihnya teknologi komunikasi dan informasi, orang kian jarang menggunakan lisannya.

Lisan tersebut kini bermetamorfosis menjadi gerakan cepat jari-jemari. Baik itu di keyboard komputer, laptop atau smartphone (android).

Meskipun kini terjadi peralihan bentuk dari lisan ke gerakan cepat jari jemari, tapi esensinya sama.

Seseorang bisa mati karena tersandung tulisannya. Bertambah pening kepala jika yang ditulis atau di-share-nya salah.

Apalagi jika di dalamnya ada unsur fitnah atau hoaks alias berita bohong. Sudah banyak contohnya.

Siapapun kita, sebagai Jurnalisme warga (bahasa Inggris: citizen journalism), lebih-lebih pewarta yang terikat kode etik, sesuai akidah yang kami anut (Islam) harus mengemban mengemban misi ‘amar ma'ruf nahyi munkar.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”, demikian terjemahan firman-Nya dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 104.

Bila tak bisa mengemban misi tersebut, lebih baik diam.

Namun demikian, siapa pun kita juga tak boleh memandang sebelah mata orang yang diam.

Karena kata sebuah ungkapan, “Anjing mengonggong tak akan menggigit”.

Atau ungkapan lain, “Jangan pernah bangunkan macan tidur".

Artinya kurang lebih seperti ini "Jangan pernah membangkitkan kemarahan seseorang".

Karena ungkapan itu ternyata benar-benar nyata jika kita membangunkan seekor macan atau harimau.

Harimau atau macan memiliki sifat yang cukup agresif ketika diganggu.

Mereka bahkan bisa menjadi sangat buas dan tak terkendali ketika menyerang.

“Jangan kau salah menilaiku dengan semua sikap diamku ini”.

Walau tak seindah tulisanmu, kami bisa merangkai kata halus kasar. *****


Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar