AZAB ASAP

UAP yang dapat terlihat yang dihasilkan dari pembakaran.

Itulah makna atau arti kata ‘asap’ dalam online kitab.

Tapi kini, asap tak lagi sebatas makna dalam kitab. Sudah menjadi cakap di banyak tempat. Sampai ke pusat.

Tak hanya di kalangan terbatas. Mungkin justru lebih luas dari ruang yang kini bernar-benar terdampak asap.

Dan kini juga, asap sudah menjadi azab. Ya, setidaknya azab dalam makna siksaan.

Memang, dimana-mana orang yang saat ini terdampak asap, tak ada yang tak merasa tersiksa dibuatnya.

Tak ada asap kalau tak ada api, begitu kata sebuah ungkapan.

Dikaitan dengan makna kata ‘asap’ sesuai kitab, maka ungkapan itu sangat benar adanya. Ada api yang menyebabkannya.

Api lawannya air. Tak ada yang lain. Dari dahulu sampai sekarang dan juga sampai kapan pun demikian.

Namun, untuk memadamkan api yang menyebabkan kabut asap yang terjadi sekarang, khususnya di Provinsi Riau, pastilah tak bisa hanya dengan satu gelas atau dua gelas, satu atau dua ember bahkan satu atau dua tangki air. Dan tentu tidak pula hanya dengan hujan rintik-rintik

Tapi harus dengan “air bah”. Mesti dengan hujan deras. Tak cukup cuma dengan hujan buatan nan rintik dan sesaat.

Kini satu-satunya cara untuk itu dengan menggunakan ASAP; ‘as soon as possible’ kepada-Nya secara bersama-sama. Berjamaah.

Sama-sama bermunajah atau bermunajat kepada Sang Khaliq.

Kalau pun itu tak berhasil, maka dapat dipastikan asap sekarang bukan sebatas azab dalam pengertian siksaan. Tapi dalam pengertian yang satu lagi.

Yakni, “Siksa Tuhan yang diganjarkan kepada manusia yang meninggalkan perintah dan melanggar larangan agama”.

Tentu, ganjaran yang tak perlu ditanya dengan judul lagu Syam D’Lloyd; “Apa Salah dan Dosaku”, seraya mendendangkannya di tempat karaoke.

Wallahu‘alam bisawab!


Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar