Liku-Liku Sang Motivator KB Vasektomi

Teks foto: Jayan motivator KB pria bersama Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman dan Bupati Bengkalis Amril Mukminin saat peringatan Harganas tingkat Provinsi Riau beberapa waktu lalu.

Menjadi seorang motivator tidaklah mudah. Banyak tantangan yang dihadapi. Bahkan tak jarang menjadi bahan cemoohan dari berbagai penjuru. Namun hal itu, tidak pernah menyurutkan semangat sang motivator untuk terus memberikan advokasi kepada sasarannya.

Adalah Jayan (53), pria yang selama ini berprofesi sebagai petani di Desa Mentayan, Kecamatan Bantan, selama empat tahun juga menekuni kerja sosial yakni menjadi sang motivator program keluarga berancana dari kaum pria (KB pria) alias Vasektomi.

Sosok sang motivator KB pria yang disandangnya, tentu mengandung sebuah makna tanggungjawab yang besar. Tanggungjawab untuk selalu mengajak kaum pria untuk menjadi akseptor KB.

Pada berbagai kesempatan, dimana pun dan kapan pun, Jayan tak pernah kenal rasa malu atau sungkan untuk mengajak siapa pun yang ditemui. Terutama bagi suami-suami yang mempunyai anak banyak.

Menurut Jayan, awalnya tidak mudah menjadi sang motivator program KB pria. Faktor sosial budaya dan tingkat pendidikan, menjadi salah satu hambatan untuk mendapatkan “pengikut” program vasektomi.

Selain ketidaktahuan masyarakat mengenai apa itu KB pria. Bahkan ketika pertama kali, program KB pria diperkenalkan pada masyarakat di kampungnya, tak sedikit yang menertawakan dan mencemooh dirinya. “Pria kok KB. Biasanya yang KB itu perempuan. Itulah anggapan sebagian besar dari masyarakat kala itu,” ungkap suami dari Sumarti ini.

Jayan berani mengajak kaum pria di kampungnya untuk ikut ber-KB, karena pada bulan November 2014, menjadi orang pertama di kampungnya sebagai akseptor KB pria alias vasektomi.

Perkenalannya sebagai akseptor KB, bermula dari ajakan seorang mantri (petugas kesehatan) di Puskesmas Pembantu Desa Bantan Tengah. Yakni, Prayetno, datang ke rumah untuk mengajak dirinya ikut program vasektomi.

Setelah mendapat penjelasan panjang lebar, akhirnya Jayan menyanggupi. Sang isteri pun merestui. Selama ini sang isteri menggunakan kontrasepsi jenis implan, namun punya keluhan.

Bermodal dirinya sudah menjadi akseptor KB vasektomi, membuat pria kelahiran 28 Desember 1965 ini, semakin semangat untuk mengajak kawan-kawannya untuk ikut program vasektomi.

Memang, tantangan yang dihadapi sangat berat. Awalnya, masyarakat menganggap program KB pria sesuatu yang tabu. Namun hal itu, tidak membuat pria tamatan sekolah dasar ini patah arang. Bahkan, menjadi penyemangat untuk terus mengajak kaum pria ikut menyukseskan program KB.

“Saya ingin merubah image di masyarakat, KB itu bukan hanya untuk wanita, tapi pria pun bisa ber-KB. Apalagi saya sudah membuktikan hal itu,” ungkap ayah dari Devianti dan Selamat Hariyanto.

Mulai lah, Jayan bergerak dor to dor ke rumah warga di kampungnya. Yah itu tadi. Setiap pertama kali program KB pria diperkenalkan, responnya kurang. Biasanya, yang keberatan malah si isteri. Padahal sang suami mau menjadi akseptor KB vasektomi. Ketakutan si wanita, ada mitos kalau suaminya sudah ikut vasektomi, berpengaruh keharmonisan di ranjang.

“Kalau sudah muncul mitos itu dari wanitanya. Langsung saya contohkan diri saya sendiri.  Buktinya sampai saat ini isteri saya tidak pernah protes. Jadi tidak benar kalau sudah ikut vasektomi, perpengaruh pada keharmonisan di ranjang,” ungkap Jayan.

Tidak hanya itu, kata Jayan, bahkan ada pertanyaan aneh dari si isteri dari calon akseptor KB vasektomi. “Kalau meninggal dunia. Bagaimana membukanya. Tentu saya jawab, yang dimasukan bukan emas. Kenapa pulak harus dibuka saat meninggal. Tak perlu dibuka lagi,” ujarnya.

Tak hanya itu, suatu hari saat mengajak salah seorang temannya,  malah diceramahi layaknya mendengarkan tausiah dari ustadz. Padahal, Jayan kenal betol, pengetahuan temannya soal agama sangat dangkal, tak ubah dirinya.  

“Tapi apa boleh buat, karena itu sudah menjadi resiko seorang motivator KB pria. Saya tak akan goyah. Tetap juga saya datangi. Bahkan sampai lima dan enam kali datang ke rumah. Pokoknya licin tangga kawan tu,” ujarnya.

Hari demi hari, bahkan bulan demi bulan dilewati. Usaha Jayan mengajak para suami idaman di kampungnya untuk menjadi akseptor KB vasektomi, membuahkan hasil. Terbukti pada tahun 2015, sebanyak 5 pria bersedia. Bahkan yang membuat dirinya terharu, salah satu “pengikutnya” adalah seorang guru madrasah.  

Hingga tahun 2018 ini, jumlah pengikut program KB vasektomi yang menjadi binaan Jayan sebanyak 30 orang. Sampai detik ini, tidak ada satupun si suami maupun isteri yang mengeluh atau menyesal karena ikut program ini.   

Menurut Jayan, sebenarnya, program KB pria, sangat membantu keluarga yang ingin punya program membatasi angka kelahiran. Selain itu membantu sang isteri yang punya keluhan sebagai akseptor pil, suntik dan implan. Solusinya pria harus ber-KB.

“Jadi tak perlu takut, pria ikut KB sudah biasa. Bahkan saat ini, ada aparat pemerintah desa yang sudah ikut. Jadi program ini tak perlu ditakuti,” ujarnya.

Kendala lain yang dihadapi Jayan sebagai motivator, menyangkut keterbatasan anggaran. Ini perlu untuk mendukung transportasi maupun biaya sosialisasi, seperti pembuatan spanduk atau baleho.

“Saya ingin pemerintah mau membantu membuat spanduk ke desa-desa. Kalau tak ada biaya pasangan. Biar lah saya pasang, tak masalah,” ujarnya.

Semangat menjadi motivator tidak akan pernah kendur. Jayan akan terus mendatangi kaum pria untuk menjadi akseptor KB vasktomi. Karena program ini merupakan program nasional dalam upaya mengendalikan jumlah penduduk. #DISKOMINFOTIK