Pencarian

Batal Dakwah Sebulan, Ali Ambar Dideportasi Hongkong

BENGKALIS - Ustadz Ali Ambar Lc. M.Ag, asal Kabupaten Bengkalis, seyogyanya selama satu bulan akan berdakwah di Hongkong, melalui program Da'i Ambasador memenuhi undangan Corps Da'i Dompet Dhuafa Cabang Hongkong. Namun, alumni Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini hanya bisa berada di negara tersebut selama 10 Jam.  

“Kita hanya merencanakan, tapi Allah yang memutuskan. Rencana satu bulan ternyata 10 jam itulah yang pas dalam perjalanan saya ke Hongkong ketika maskapai Cathay Pacific mendarat di bendara Internasional pukul 6 WHK (waktu Hongkong),” ujar Ali Ambar di akun media sosial facebook miliknya, Selasa, 20 Februari 2018.  

Ali Ambar melanjutkan, setelah keluar dari pesawat, dirinya menuju imigrasi guna mengisi borang sesuai petunjuk dengan lengkap, usai ditanya petugas, apakah baru pertama masuk Hongkong.

“Saya pun menjawab dengan bahasa Inggris yang pernah dipelajari di pondok pesantren dulu, ‘ya tuan’,” katanya.

Selanjutnya petugas imigrasi menanyakan mana visa masuk. Lantas, Dosen Sekolah Tinggi Ekonomi Syariah Bengkalis ini menunjukan undangan dari Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Hongkong lengkap dengan alamatnya.

“Ketika itu paspor saya ditahan dan dikasi ke petugas lain, saya sudah mengira jangan-jangan bermasalah, mereka menghubungi pihak Dompet Dhuafa, namun tidak di jawab katanya, (Wallahu'alam). Saya tetap memberi penjelasan dengan tenang sesuai kemampuan bahasa yang saya miliki. Hampir satu jam kemudian saya dibawa ke ruangan khusus diintrogasi oleh seorang wanita dari pihak imigrasi. Dan ternyata disitu ada dua orang berkewarganegaraan India bernasib sama,” jelasnya.

Sampai jam 9 WHK, Ketua Baznas Kabupaten Bengkalis ini masih menunggu informasi. Terlintas untuk ingin menghubungi Ustadz Muhammad Ilham pimpinan Dompet Dhuafa Cabang Hongkong, namun tidak bisa karena jaringan telekomunikasi sudah berbeda.

Beberapa saat kemudian, sekitar pukul 10 WHK, dengan kondisi ngantuk serta rasa lapar yang tak terhingga untuk menjalankan berbagai pemeriksaan, akhirnya pria kelahiran Pergam 8 Januari 1974 ini di bawa keruangan yang lebih khusus.

“Setelah masuk di ruangan khusus, ternyata saya diminta tanda tangan untuk dideportasi. Hal ini sontak membuat saya kaget, kecewa dan sedih karena tidak sesuai dengan harapan untuk berdakwah selama sebulan di Hongkong,” sebutnya.

“Akhirnya saya berserah diri kepada Allah semua, karena saya yakin dalam perjalanan hidup ini tidak terlepas dari hikmah, walaupun merasa sedih dan kecewa apalagi pemeriksaan super ketat dan harus bolak balik dari satu ruang keruang lain, sampai pukul 12 siang kami diberi makanan dan tempat istirhat,” terangnya.

Tak berapa lama, dirinya pun diingatkan untuk siap-siap menuju pulang ke tanah air, yang sebelumnya terlebih dahulu minta izin shalat di salah satu ruangan kecil petugas.

“Sekali lagi saya mengadu sama Allah mungkin ini jalan terbaik. Dan akhirnya saya ikhlas untuk pulang dengan nama Allah, saya di jaga bahkan diantar oleh pihak imigrasi sampai ke pintu peswat, paspor dipegang dan tidak boleh mengambil gambar,” pungkasnya. #DISKOMINFOTIK

Tim Redaksi