Monoton.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jilid IV, kata monoton hanya memiliki dua makna.
Yakni, berulang-ulang berulang-ulang selalu sama nadanya (bunyinya, ragamnya); tunggal bunyi.
Artinya yang lain, selalu sama dengan yang dulu; itu-itu saja, tidak ada ragamnya.
Sedangkan pada KBBI jilid V, ada tambahan satu makna. Yaitu, jenis adegan dengan dinamika yang selalu sama.
Jika kain, monoton adalah kain yang polos. Tak ada motif. Tak bercorak. Warna semacam saja. Misalnya, kafan.
Kafan adalah kain (putih) pembungkus mayat. Pembungkus badan atau tubuh orang yang sudah mati; jenazah.
Jika data (statistik), monoton adalah data statis. Bukan data dinamis.
Data statis yaitu data yang mempunyai nilai tetap dan terbatas dalam setiap cycle ‘putaran’, silkus atau periode tertentu.
Misalnya, jumlah jam dalam sehari, jumlah hari dalam sebulan, dan jumlah bulan dalam setahun.
Pengertian contoh data statis tersebut bersesuaian dengan makna kata statis, yakni dalam keadaan diam (tidak bergerak, tidak aktif, tidak berubah keadaannya); tetap.
Di dunia kerja, kata monoton ini juga digunakan. Kerja monoton.
Orang yang kerjanya monoton, tidak bisa berkreasi. Tak ada yang baru yang dapat diciptakannya. Bukan kreator.
Orang yang kerjanya itu ke itu saja, bukan seorang inovator. Tidak inovatif. Tak akan ada inovasi dari orang yang kerjanya monoton.
Monoton dan kemajuan memang merupakan dua kata yang kontrakdiktif. Satu sama saling bertentangan. Menginginkan yang satu, maka yang satunya lagi harus dibunuh.
Sejauh ini belum ada pendapat atau teori yang mengatakan bahwa sebuah kemajuan dihasilkan dengan cara yang setali tiga uang. Melalui ikhtiar yang seringgit si dua kupang.
Jangan kerja monoton.
Tiga kata itu menjadi bagian dari banyak kata yang disampaikan Gubernur Riau (Gubri) H Syamsuar.
Dia mengatakan itu di hadapan para camat dan kepala desa se-Riau, Jumat, 15 November 2019, di Labersa Hotel, Siak Hulu, Kampar.
Yaitu, pada acara penyerahan bantuan keuangan khusus dari Pemerintah Provinsi Riau kepada desa dan kecamatan se-Provinsi Riau.
Mengapa Bang Syam, begitu mantan Bupati Siak dua periode ini mengatakan hal itu dalam kegiatan yang dihadiri hampir oleh seluruh Camat, dan Kepala Desa (Kades) se-Provinsi Riau itu?
Pastinya dan sebagaimana visinya bersama Wakil Gubri H Edy Natar Nasution, dia ingin desa-desa dan kecamatan-kecamatan di Riau lebih maju. Ingin Riau lebih baik.
Dia ingin Riau Bersatu; Berdaya Saing, Sejahtera, Bermartabat, dan Unggul.
Dan bisa jadi, Gubri H Syamsuar mengemukakan ketiga kata itu, karena dia tak ingin para Camat, dan Kades di Bumi Langcang Kuning seperti apa yang dikatakan salah satu pemikir yang paling ikonik dan cerdas yang diakui di seluruh dunia, Albert Einstein.
“Kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda,” begitu salah satu quote ‘kutipan’ fisikawan teoretis kelahiran Jerman yang mengembangkan teori relativitas, satu dari dua pilar utama fisika modern tersebut.
Dan juga bisa jadi, Gubri H Syamsuar secara tersirat ingin mengatakan, “Tak ada kelok ke sepuluh meskipun kita berpuluh-puluh kali melewati Kelok Sembilan.”
“Jangan kerja monoton. Bila kita kerja monoton tak akan ada kemajuan. Kita harus kerja keras, kerja cepat, dan kerja produktif,” itulah kalimat lengkap Gubri H Syamsuar, ketika memberikan arahan dalam kegiatan tersebut yang kami catat di agenda. #####
Bengkalis, 16 November 2019