JAGA KOMITMEN DI ISTIQOMAH

Teks foto: Kadis Kominfotik Kabupaten Bengkalis

Selasa malam, 12 November 2019.

Bersama Anak Bujang Tersayang, kami juga menghadiri majelis ilmu, peringatan maulid Nabi Muhammad saw 1441 H.

Kegiatan tersebut dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Bengkalis di Masjid Agung Istiqomah Bengkalis melalui Bagian Kesejahteraan Sekretariat Daerah.

Adalah ustaz H Ahmad Wijayanto dari Yokyakarta yang menjadi mubalig, pembagi ilmu.

Selain menyampaikan ada 4 sifat Rasulullah saw yang harus diteladani, yaitu sdik (benar), amanah (bisa dipercaya), tablig (menyampaikan), dan fathonah (cerdas), ustaz H Ahmad Wijayanto juga mengingatkan pentingnya menjaga komitmen.

Komitmen, menurut menurut Kamur Besar bahasa Indonesia (KBBI) daring, adalah perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak; tanggungjawab.

Dalam komunitas, organisasi, atau profesi apa pun pasti dibuat komitmen. Aturan yang wajib dijalankan “penghuninya”.

Di TNI ada Sapta Marga. Kepolisian punya Tri Brata. Untuk Aparatur Sipil Negara terdapat Panca Prasetya KORPRI, Pakta Integritas, dan Perjanjian Kinerja.

Untuk dunia jurnalistik ada yang namanya Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI). Begitu juga di advokat Indonesia, juga ada kode etik, dan lain-lain sebagainya.

Walau mungkin tidak dalam bentuk tertulis, dalam kehidupan bermasyarakat, ada tata karma. Ada adat istiadat. Itu juga bentuk komitmen.

Komitmen bukan sekedar janji untuk mencapai tujuan, namun lebih kuat dari pada itu.

Komitmen adalah rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar. Ada konsekuensi bila tidak dipatuhi.

Seorang yang sudah berkomitmen akan berusaha dengan perencanaan yang matang dan disiplin untuk mencapai tujuannya.

Disiplin artinya patuh. Patuh maknanya taat. Taat mudarifnya istiqomah ‘konsekuen’. Tidak menyimpang dari apa yang sudah diputuskan. Tegak dan lurus.

Misalnya, sebuah perjanjian yang sudah disepakati bersama, tidak boleh serta merta diubah di tengah jalan tanpa mengikutsertakan para pihak yang terlibat dalam membuat kesepakatan tersebut. Harus dikomunikasikan bersama. Dirembuk ulang.

“Komitmen berarti komunikasi. Komitmen berarti mementingkan satu sama lain di atas ego kita sendiri,” kata penulis lagu “Janji yang Tak Tertepati”, Fiersa Besari.

Dalam sebuah organisasi, sekecil apa pun skopnya, komitmen anggotanya sangat diperlukan dalam menjamin keberlangsungan dan kemajuan pranata tersebut.

Tanpa komitmen anggotanya, daya saing atau tingkat produktivitas sebuah organisasi akan sulit ditingkatkan.

Bila seseorang yang memiliki komitmen kuat terhadap organisasinya, pasti dia juga mempunyai pandangan positif tentang institusinya. Termasuk tentang dirinya di lembaga tersebut.

Sedangkan kuat tidaknya komitmen seseorang terhadap organisasinya, dapat dilihat dari seberapa besar kontribusi yang diberikan. Begitu pula sebaliknya.

Orang yang mempunyai komitmen kuat terhadap organisasinya, akan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sepenuh hati, setulus hati, serta mengerahkan kemampuan terbaik dalam menunaikannya.

Juga dapat dilihat dari seberapa besar nawaitunya untuk bertahan dan menjadi bagian dari organisasi tersebut.

Bila ada orang berkomitmen tinggi, tetapi “gerah” dan ingin “lompat pagar” dari sebuah organisasi, maka dapat dipastikan ada something wrong. Ada sesuatu yang salah di lembaga tersebut.

Biasanya, puncanya ada pada pucuk pimpinannya. Dan biasanya pula, disebabkan pimpinan organisasi tersebut suka “mansur” alias “makan surang”. Mementingkan diri sendiri. Memikirkan dirinya saja.

"Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah, saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder (dengan atau tanpa) pemerintah, TNI akan berjuang terus," kata Panglima Besar Jenderal Sudirman.

“Seorang pemimpin itu tidak hanya memikirkan dirinya sendiri,” tegas Bupati Bengkalis Amril Mukminin, ketika melantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat Administrator, dan Pejabat Pengawas di Pemerintah Kabupaten Bengkalis, Selasa, 5 November 2019 lalu.

Terima kasih atas wejangannya, Pak! #####

Pekanbaru, 15 November 2019


Berita Lainnya