Setiap tanggal 10 November, di Indonesia diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Peringatan tersebut untuk mengenang peristiwa di Surabaya 1945.
Pada kejadian itu, banyak korban berjatuhan.
Hari Pahlawan perlu diperingati karena pada tanggal tersebut, rakyat dengan penuh semangat bersatu padu mengusir penjajah yang berniat menancapkan kembali kekuasaannya di Bumi Pertiwi.
Tahun 2019 ini, Hari Pahlawan akan diperingati Ahad, lusa.
Adapun tema yang diusung: “Aku Pahlawan Masa Kini”.
Melalui tema ini, setiap insan masyarakat Indonesia diharapkan memiliki semangat kepahlawanan.
Tergerak hatinya untuk berjuang membangun negeri dan negara ini sesuai kemampuan dan profesi masing-masing.
Bila setiap insan warga Indonesia memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengimplementasikan gairah kepahlawanan, menjadikannya moral, maka hal tersebut dapat menjadi salah satu modal untuk membangun bangsa.
Apa itu pahlawan?
Pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani; hero.
Di Indonesia hanya ada satu gelar pahlawan. Yakni, Pahlawan Nasional.
Informasi itu ada dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan.
Dalam undang-undang yang ditetapkan dan diundangkan Kamis, 18 Juni 2009, dengan 44 Pasal itu, disebutkan: “Gelar Pahlawan Nasional mencakup semua jenis gelar yang pernah diberikan sebelumnya, yakni Pahlawan Perintis Kemerdekaan, Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pahlawan Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, Pahlawan Revolusi, dan Pahlawan Ampera.”
Selain Pahlawan Nasional, di Indonesia masih ada beberapa istilah yang menggunakan kata pahlawan.
Antara lain, pahlawan tanpa tanda jasa.
Pahlawan tanpa tanda jasa adalah sebutan lain untuk para guru.
Istilah ini terdapat dalam lirik lagu “Himne Guru” yang diciptakan Sartono: “Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa.”
Selanjutnya, pahlawan kesiangan.
Apa arti pahlawan kesiangan?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring: “Orang yang baru mau bekerja (berjuang) setelah peperangan (masa sulit) berakhir.”
Itu yang pertama. Arti yang kedua: “Orang yang ketika masa perjuangan tidak melakukan apa-apa, tetapi setelah peperangan selesai menyatakan diri pejuang.”
Pernah bertemu pahlawan kesiangan?
Pastinya, di sekeliling kita pahlawan jenis ini ada bergentayangan.
Berkeliaran di dan ke mana-mana, meski takut dengan bini. Baik siang atau malam. Di waktu pagi maupun petang.
Bagi yang pernah bersua, pahlawan yang satu ini, tentu akan merasa memang benar-benar menjengkelkan.
Pahlawan kesiangan sangat ahli membuat orang lain jadi marah dan sakit hati.
Bagaimana tidak? Ketika orang dengan susah payah dan kerja keras menyelesaikan sebuah pekerjaan, setelah tugas itu tuntas, dengan gagah berani dan sedikit pun tak punya rasa bersalah, dia menyatakan bahwa itu merupakan hasil jerih payahnya. Diakuinya sebagai buah karyanya sendiri.
Pahlawan kesiangan adalah tukang klaim. Suka dan pandai mengklaim.
Pahlawan jenis yang satu ini jelas tak memiliki rasa malu.
Jika menggunakan kata muka, pahlawan kesiangan termasuk orang yang muka tembok; muka papan; muka badak. Bermuka tebal. Bermuka-muka.
“Aku Pahlawan Masa Kini”.
Meskipun tak bisa menjadi Pahlawan Nasional atau pahlawan tanpa tanda jasa, kita bisa memiliki semangat kepahlawanan. Bisa menerapkannya dalam membangun daerah, bangsa, dan negara.
Sebarang orang, bisa berjuang membangun negeri dan negara ini sesuai kemampuan dan profesi masing-masing. Kapan pun dan di mana pun berada.
“Aku Pahlawan Masa Kini”.
Tapi, jangan jadi pahlawan kesiangan.
Karena sampai saat ini, dari sekitar 170 daftar hari-hari besar nasional di Indonesia, serta beberapa hari-hari penting Internasional yang juga diperingati sebagai hari besar di Indonesia (di luar hari-hari besar keagamaan), belum ada tanggal yang ditetap pemerintah sebagai Hari Pahlawan Kesiangan.
Beda dengan Hari Pahlawan tiap tanggal 10 November, dan hari pahlawan tanpa tanda jasa (Hari Guru) setiap tanggal 25 November.
“Aku Pahlawan Masa Kini”.
Mudah-mudahan saja kita terhindar dari gelar pahlawan kesiangan.
Jadilah pahlawan masa kini dengan multi talenta. Bukan dengan mengandalkan the power of multi-face. Bukan dengan membanggakan keterampilan cari muka. Bukan dengan skill bermuka dua.
Meskipun dalam sebuah tajuk buah penanya di kompasiana.com, Mardigu Wowiek Prasantyo menuliskan: “Sepandai-pandainya orang yang multi-talent, masih kalah sama orang yang multi-face (muka dua)”.
Selamat Hari Pahlawan 2019.
“Aku Pahlawan Masa Kini.” #####