Pencarian

KAMI TELAH BERBUAT SEBELUM YANG LAIN MEMIKIRKAN

KAMI telah berbuat sebelum yang lain memikirkan.

Kalimat di atas bukan milik kami. Tapi moto PT Semen Padang (PTSP).

PTSP mengunakan semboyan itu sejak sekitar setengah abad silam. Tepatnya mulai tahun 1970.

Kami lupa pastinya kapan pertama kali membaca kalimat itu. Mungkin sekitar tiga dasa warsa silam.

Namun kami ingat betul lokus dimana untuk kali pertama membaca kalimat tersebut.

Bukan di Indarung Padang, Sumatera Barat. Kami belum pernah menginjakkan kaki ke sana.

Tapi di Bumi Lancang Kuning, di Provinsi Riau. Yakni tak jauh dari traffic light pertigaan jalan Riau-jalan DI Panjaitan, Pekanbaru.

Dulu, di pertengahan antara pertigaan itu dengan Mutiara Merdeka Hotel, di sebelah kiri arah ke jembatan Leighton (Siak I), ada sebuah papan reklame PTSP.

Di reklame itulah kami pertama kali membaca kalimat tersebut.

Kami telah berbuat sebelum yang lain memikirkan.

Kamis petang, 17 Oktober 2019, ketika memberikan sedikit wejangan saat apel pulang kerja, kalimat itu kami sampaikan ke sejawat di Diskominfotik Kabupaten Bengkalis.

Kami telah berbuat sebelum yang lain memikirkan.

Orang yang kreatif. Menurut kami itulah orang yang bisa berbuat sebelum yang lain memikirkan.

Pasalnya, yang bisa berbuat demikian tentulah hanya orang-orang memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan. Punya kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru.

Itulah alasan mengapa moto PTSP itu kami sampaikan ke sejawat di Diskominfotik waktu apel hendak pulang kerja petang tadi.

Yakni, untuk memotivasi, untuk menstimulus, untuk mengajak dan mendorong, supaya teman-teman di Diskominfotik menjadi orang-orang yang kreatif.

Supaya mereka menjadi orang-orang yang berprestasi dengan tugas dan fungsi yang diamanahkan dan diamanatkan padanya.

“Orang kreatif termotivasi oleh keinginan untuk berprestasi, bukan keinginan untuk mengalahkan yang lainnya”, begitu kata Ayn Rand, penulis dan filsuf dari Rusia/Amerika Serikat (1905-1982).

Kami memang sangat berharap teman-teman di Kartini No 012 (alamat Diskominfotik) individu-individu yang kreatif yang bisa bekerja sama dan sama bekerja.

Seperti kumpulan tulisan RA Kartini, jika individu-individu yang memiliki daya cipta bisa bekerja sebagai team work, maka “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Bagaimana untuk menjadi orang yang kreatif?

Salah satu jawabannya, tidak terjebak rutinitas.

Sebab, tak akan ditemukan tebing atau tikungan yang berbeda bila menelusuri jalan yang sama.  

Memang, kerutinan terhadap sesuatu berkorelasi negatif dengan munculnya ide-ide yang kreatif.

Bila seseorang larut laksana laut tak bertepi dalam sebuah rutinitas, sejatinya ianya tengah membayar mahal seorang pembunuh guna menghabisi kemampuannya sendiri untuk memunculkan gagasan-gagasan baru.

Jadilah orang yang kreatif. Sebab jadi orang kreatif itu tak akan merugi.

“Orang-orang yang kreatif selalu punya tempat di manapun”, begitu kata Alit Susanto, penulis asal Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, kelahiran 1 Oktober 1987, yang menulis buku “Gado-Gado Kualat”.

Seperti biasa, wejangan yang kami sampaikan saat apel pulang kerja dengan menjadikan “Kami telah berbuat sebelum yang lain memikirkan” sebagai tajuk, sifatnya hanya imbauan. Begitu juga kata-kata yang dirangkai dalam tulisan kali ini.

Sebab sejatinya, mau menjadi orang yang berbuat sebelum yang lain memikirkan. Atau, menjadi orang yang hanya memikirkan yang dikerjakan orang lain tanpa pernah berbuat, diri kita masing-masing yang menentukan dimana kita akan berdiri.

Terserah mau pilih yang mana asal jangan pilih kami, karena kami sudah punya anak dan istri. #####

Bengkalis, 17 Oktober 2019

Tim Redaksi