Pers Pancasila.
Tanpa bermaksud “memvonis mati”, bagi sebagian pekerja jurnalistik saat ini, mungkin belum pernah mendengar kedua kata tersebut.
Dalam Sistem Pers Indonesia yang berdasarkan Undang-Undangan Nomor 40 Tahun 1999, istilah Pers Pancasila memang tak disebutkan.
Namun dari persepktif ideologi tak dapat dipungkiri bahwa Pers Indonesia adalah Pers Pancasila.
Istilah Pers Pancasila merupakan kekhususan Pers Indonesia. Sebutan untuk membedakannya dengan pers lain seperti Pers Komunis, Pers Libetarian atau Pers Otoritarian.
Namun pada era reformasi sekarang ini, perbedaan antara Pers Pancasila dengan pers lain tersebut sudah hampir tak terlihat. Kian kabus. Bedanya mungkin hanya setipis kulit ari.
Pasalnya, salah satu prinsip dasar yang dimiliki dan menjadi jati diri Pers Pencasila, yaitu benar dan bertanggungjawab, kini “nyaris tak terdengar”.
Asas jurnalistik yang benar, yakni jujur, tak memihak atau berat sebelah, objektif, berimbang, memisahkan fakta dan opini, etis dan memperhatikan hak-hak asasi masyarakat, kini bak air menguap.
Begitu pula fungsinya sebagai watch dog atau “anjing penjaga”. Sebagai mata dan telinga. Menguap entah kemana.
Tersebab menguapnya semua itu, keberadaannya sebagai salah satu sarana untuk mencerdaskan masyarakat dan bangsa, kini kian diabaikan.
Kini, kalaupun ada media yang masih berani “tampil beda” dengan tetap mempertahankan idealisme, jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Dalam kaitan dengan penegakan demokrasi yang membutuhkan pasokan dan sirkulasi informasi yang cukup, baik dan benar, maka kian terkikisnya asas jurnalistik yang benar, maka suka tidak suka, mau tidak mau, hal tersebut secara nyata semakin menutup pintu partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan negara.
Padahal, salah satu misi pers adalah untuk menyigi segala sesuatu secara proporsional dan profesional. Mencari kesimbangan dalam berita dan tulisannya demi kepentingan semua pihak sesuai dengan konsensus demokrasi Pancasila.
Oleh sebab itu, di tengah hoaks yang kian tumbuh dan menjamur bak cendawan di musim hujan. Di tengah kian sulitnya masyarakat sekarang untuk memilah mana informasi yang salah, dan mana berita yang benar, kehadiran Pers Pancasila, jurnalis yang pancasilais, adalah sebuah kerinduan. #####
Bengkalis, 20 November 2018