JANGAN PERNAH BERHENTI BELAJAR

Teks foto: Kadis Kominfotik Kabupaten Bengkalis

JANGAN pernah berhenti belajar.

Itulah judul sebuah berita yang kami baca di harian Tribun Pekanbaru, Selasa, 8 Oktober 2019.

Kabar dengan tajuk 'Jangan Pernah Berhenti Belajar' tersebut dipublikasikan Tribun Pekanbaru di halaman 9. Di halaman Riau Region.

Berita itu kami baca saat istirahat makan siang. Tadi siang. Sekitar pukul 13.30 WIB. Di kediaman.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Dalam Jaringan, kata belajar memiliki tiga makna atau arti.

Yakni, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Kedudukan belajar dalam Islam amatlah penting.

Menuntut ilmu atau belajar merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim, baik muslimin ataupun muslimat.

Tak hanya sebatas itu. Bahkan sebagian ulama berkata, “Sesungguhnya menuntut ilmu lebih utama daripada jihad di jalan Allah dengan pedang.”

Sebab, untuk berjihad dengan pedang pun harus pakai ilmu.

Selain mewajibkan, Islam juga memberikan “penghargaan khusus” bagi mereka yang berilmu. Didahulukan selangkah, ditinggikan seranting.

Firman Allah SWT., dalam surah Al-Mujadalah ayat 11, yang artinya, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Kapan kita harus belajar?

Dari segi umur tak ada batasnya. Sepanjang hayat dikandung badan.

“Carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur”, demikian sebuah kalimat bijak yang kerab kita dengar yang menerangkan bahwa belajar itu tak berbatas waktu.

Belajar tidak mengenal tempat. Bisa dimana saja.

“Boleh berhenti sekolah, tapi jangan berhenti belajar”, begitu pesan cendekiawan muslim KH Achmad Mustafa Bisri atau Gus Mus.

Belajar boleh dengan siapa saja. Termasuk dengan alam.

“Alam takambang jadi guru”, demikian pepatah yang berasal dari Minangkabau, mengajarkan.

Kapan waktu (usia) belajar yang paling baik? Tentu di usia muda.

“Wahai anak muda, jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, engkau harus menanggung pahitnya kebodohan”, demikian kata Pythagoras filsuf dan ahli matematika dari Yunani (580 SM-504 SM).

“Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar sesudah besar bagai melukis di atas air”, begitu sebuah kalimat bijak yang sering kita dengar, memberikan tunjuk ajar.

Namun demikian dan meskipun laksana mengukir di atas air, di usia tua pun kita harus tetap belajar.

Alkisah, setelah berusia tua, Socrates, seorang filsuf dari Yunani (469 SM-399 SM), belajar musik.

Lalu ada orang berkata padanya, "Apakah engkau tidak malu belajar di usia tua?".

Apa jawab Socrates?

Katanya, "Aku merasa lebih malu menjadi orang yang bodoh di usia tua."

Belajar memang melelahkan.

Namun kata Dahlan Iskan, “Ketika kamu lelah, maka saat itu kamu sedang belajar tentang kesungguhan”.

Belajar itu membuat kita terkadang harus sendiri dan merasa sepi. Jauh dari orang yang kita cintai dan sayangi.

Tapi ujar Dahlan Iskan, “Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang ketangguhan.”

Belajar memang bukan sebatas Wajar (wajib belajar) 9 tahun atau 12 tahun. Tapi long life education; belajar sepanjang kehidupan.

Jadi, jangan pernah mengenal kata berhenti untuk belajar.

Jika orang lain bisa, minimal kita harus sama dengannya. #####

Bengkalis, 8 Oktober 2019

Terkhusus buat Ananda tercinta yang tengah mengikuti UTS di IPB University.


Tim Redaksi

Berita Lainnya