YKAN Bersama KPM Desa Teluk Pambang Terus Berupaya Selamatkan Hutan Mangrove Pulau Bengkalis Lewat Program MERA

Teks foto: YKAN Bersama KPM Desa Teluk Pambang Terus Berupaya Selamatkan Hutan Mangrove Pulau Bengkalis Lewat Program MERA.

BANTAN - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Kelompok Pengelola Mangrove (KPM) Desa Teluk Pambang terus berupaya dan berkomitmen untuk menyelamatkan serta memulihkan hutan mangrove di Pulau Bengkalis lewat program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA).

MERA adalah sebuah wadah untuk mewujudkan kemitraan dan tata kelola mangrove yang baik, sinergi, dan efektif bersama masyarakat lokal dan pemangku-kepentingan, mulai dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, swasta, akademisi, dan masyarakat. Tujuan utama program ini adalah mewujudkan pengelolaan, pemulihan, dan perlindungan hutan mangrove.

Ekosistem mangrove berperan sebagai "critical service" (layanan penting) untuk manusia. Kelimpahan sumber daya perikanan salah satunya berasal dari ekosistem mangrove. Aspek ini merupakan sumber penghidupan yang penting bagi masyarakat pesisir. Tak hanya dari sektor perikanan, ekosistem mangrove juga memiliki potensi sebagai daerah pariwisata, konservasi, pendidikan, dan penelitian.

Sementara jasa lingkungan yang disediakan mangrove di antaranya sebagai penahan abrasi, penyerap karbon, dan rumah bagi beranekaragam fauna. Inilah yang menjadi alasan mengapa konservasi perlu untuk dilakukan.

Program pelestarian mangrove ini adalah kegiatan yang didukung oleh HSBC selama tiga tahun.

Di tingkat tapak (desa), aliansi ini bekerja dengan pendekatan CBEMR (community-based ecological mangrove restoration) yang berupaya untuk membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi mangrove melalui pelibatan aktif. Masyarakat lokal menjadi subjek yang dilibatkan dalam identifikasi masalah, pencarian solusi, decision making, hingga memimpin kegiatan.

Salah satu target Program MERA di wilayah pesisir Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis, adalah restorasi mangrove seluas 100 ha dengan beberapa metode, mulai dari pemasangan patok bambu, perangkap sedimen, perbaikan hidrologi, hingga pengendalian gulma.

"Hari ini Tim YKAN menelusuri Sungai Kembung dengan menggunakan speedboat untuk memonitor dan mengevaluasi kegiatan restorasi mangrove yang telah dilakukan Kelompok Restorasi Mangrove Desa Teluk Pambang," ungkap Peneliti Mangrove YKAN, Topik Hidayat, Selasa 9 Juli 2024.

Area restorasi tersebut merupakan lokasi penanaman bibit mangrove seluas 11,76 ha di bibir pantai Desa Teluk Pambang. Metode penanaman yang diaplikasikan adalah rumpun berjarak berbentuk persegi panjang dengan bambu-bambu yang dipasang berjejer dan dilapisi jaring. Satu rumpun berjarak berukuran 6 x 25,5 meter dan dapat menampung hingga 550 bibit mangrove.

"Kami menganalisis bahwa metode jenis pagar patok rumpun berjarak ini memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Dengan metode tersebut, bibit mangrove tidak akan mudah tergerus air pasang dan ombak. Perlahan, mangrove yang tumbuh ini juga akan membantu mengurangi laju abrasi di wilayah Pulau Bengkalis," jelas Topik Hidayat.

"Hasil dari monitoring hari ini, kita lihat cukup bagus, meskipun ada beberapa bibit yang mati diterjang ombak dan lajunya arus air pasang, namun tim kami YKAN bersama Kelompok Mangrove Desa Teluk Pambang segera kembali menyulamnya dengan bibit mangrove yang baru. Memang tidak mudah untuk pembibitan mangrove di lokasi di bibir pantai,"ujar Topik.

Selain monitoring/evaluasi, kegiatan YKAN pada hari ini meliputi sharing dan diskusi bersama Kelompok Pengelola Mangrove (KPM) Desa Teluk Pambang, Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD), dan Masyarakat Mitra Polhut (MMP) Desa Teluk Pambang. #DISKOMINFOTIK.