MENU TUTUP
Ahad, 17 Agustus 2025 | 18:43:09 WIB - Dibaca: 178 kali

Diiringi Pagelaran Seni Budaya, Penurunan Bendera di Lapangan Tugu Jadi Magnet Warga

BENGKALIS – Ribuan pasang mata tumpah ruah memadati Lapangan Tugu, Bengkalis, pada Minggu sore, 17 Agustus 2025, untuk menyaksikan momen sakral upacara penurunan bendera Merah Putih.

Acara ini menjadi penutup rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dan berlangsung khidmat, dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Bengkalis, H. Bagus Santoso.

​Sejak pukul 16.00 WIB, warga dari berbagai penjuru, mulai dari anak-anak, remaja, hingga lansia, berbondong-bondong datang. Mereka rela berdesakan demi bisa melihat setiap detik jalannya upacara.

Pemandangan ini menunjukkan betapa kuatnya semangat nasionalisme dan kecintaan masyarakat terhadap Tanah Air.

​Inti dari upacara ini adalah aksi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kabupaten Bengkalis. Dengan langkah tegap, serempak, dan penuh dedikasi, para anggota Paskibraka menjalankan tugas mulia mereka.

Mereka berhasil menurunkan bendera Merah Putih dengan sempurna, melipatnya dengan rapi, dan menyerahkannya kepada Wakil Bupati Bengkalis, H Bagus Santoso.

​Setiap gerakan yang presisi dan disiplin dari Paskibraka mengundang decak kagum dan tepuk tangan meriah dari para penonton.

Tugas berat tersebut diemban dengan sempurna oleh tim inti yang terdiri dari pelajar-pelajar terbaik dari berbagai sekolah di Bengkalis.

Muhammad Hafidz Putra, siswa SMAN 1 Bengkalis, dipercaya sebagai Komandan Peleton (Danton) yang memimpin seluruh rangkaian pasukan dengan penuh ketegasan.

​Sementara itu, peran vital sebagai pembawa baki bendera dipercayakan kepada Chika Amelya Boru Lubis dari SMAN 1 Pinggir.

Dengan langkah anggun dan penuh konsentrasi, ia berhasil membawa bendera pusaka dari tiang ke tempat penyerahan.

​Tim penurun bendera yang bertugas di tiang juga tak kalah memukau. M. Adib Syahputra (SMAN 2 Bengkalis) sebagai pembentang, Wahyu Nurcahyadi Kemit (SMAS IT Mutiara) sebagai penarik, dan Muhammad Zaki Aziar (SMAN 1 Mandau) sebagai pengulur bendera, bekerja sama secara apik.

Gerakan mereka yang serempak dan presisi membuat bendera Merah Putih turun dengan perlahan dan terhormat.

​Keberhasilan tim ini juga tak lepas dari peran dua anggota pendamping, yaitu Dhini Puspita Fahma (SMAN 2 Mandau) dan Octavia Safitri (SMAN 1 Pinggir).

Kehadiran mereka di sisi kanan dan kiri pilar menjadi tumpuan yang memastikan kelancaran seluruh prosesi.

Tak sedikit orang tua yang terlihat bangga dan terharu melihat performa para pemuda-pemudi terbaik Bengkalis ini.

Keberhasilan mereka dalam mengemban tugas tidak hanya menjadi penutup rangkaian upacara HUT RI, tetapi juga simbol keberlanjutan perjuangan bangsa yang diwariskan kepada generasi muda.

​Sebelum upacara penurunan bendera, suasana di Lapangan Tugu kian meriah dengan berbagai penampilan yang telah disiapkan.

Diawali dengan penampilan kesenian Reog. Pertunjukan yang kental dengan unsur mistis dan heroik ini berhasil memukau penonton.

Para seniman Reog menunjukkan kebolehan mereka dalam membawa dadak merak seberat puluhan kilogram, seolah tanpa beban.

Pertunjukan ini menjadi simbol semangat perjuangan dan keberanian yang sejalan dengan makna kemerdekaan.

​Tak lama kemudian, suasana semakin bergemuruh dengan hadirnya Barongsai.

Gerakan lincah dan akrobatik dari tarian singa ini menarik perhatian ribuan warga yang memadati lokasi.

Kesenian yang berasal dari budaya Tionghoa ini menjadi bukti nyata toleransi dan keberagaman yang hidup harmonis di Bengkalis.

Tepuk tangan riuh mengiringi setiap gerakan lincah sang naga yang seolah menari di udara.

Puncak pertunjukan sore itu adalah kolaborasi apik antara marching band Andam Dewi dengan tabuhan kompang Desa Meskom.

Penampilan yang sangat dinanti ini berhasil menciptakan harmoni yang memesona.

Marching Band Andam Dewi, yang dikenal dengan alunan musik modern dan formasi atraktif, membuka pertunjukan dengan lagu-lagu heroik yang membangkitkan semangat.

Namun, kejutan terbesar datang saat melodi tiupan terompet dan dentuman drum modern tiba-tiba disambut dengan tabuhan bertubi-tubi dari pemain kompang.

​Perpaduan antara musik modern dan klasik Melayu ini menghasilkan irama yang kaya dan unik.

Setiap dentuman drum marching band seolah dijawab oleh pukulan kompang yang beraturan, menciptakan dialog musik yang indah antara dua genre berbeda.

Para pemain Marching Band Andam Dewi juga terlihat menikmati alunan kompang, membuat penampilan mereka terasa lebih hidup dan autentik.

​Kolaborasi sebagai simbol Kebhinekaan penonton yang memadati Lapangan Tugu tampak terhanyut dalam perpaduan musik ini.

Mereka bersorak dan bertepuk tangan, mengapresiasi inovasi yang memadukan tradisi dengan modernitas.

Kolaborasi ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga simbol pentingnya sinergi antara generasi muda dan tradisi lokal. #DISKOMINFOTIK

Despri Sandi Wahyu, S.IP
     

[Ikuti Terus Diskominfotik Bengkalis Melalui Sosial Media]







Diskominfotik Bengkalis
di Google+



Diskominfotik Bengkalis
di Instagram
TULIS KOMENTAR +
Baca Juga +