Pembelajaran dari Angin Puting Beliung

Kamis lalu, 22 Maret 2018, sekitar pukul 17.45 WIB, dua desa di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yaitu desa Ender dan Getrakmoyan, diterpa angin puting beliung.

Di Desa Ender, kerusakan terjadi di sebuah Madarasah Aliyah (MA) dan SMP Pondok Pesantren Al Shigor. Akibatnya, tiga ruangan asrama putri rusak dan tiga ruangan asrama putra yang rusak. Sedangkan di Desa Getrakmoyan, 200 rumah rusak akibat tertimpa sepuluh pohon yang tumbang.

"Banyak pohon tumbang tadi malam. Atap (bangunan) banyak yang rusak sehingga menyebabkan kerusakan ringan," ujar Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Eman Sulaeman, sebagaimana dipublikasikan tribunews.com, Jum’at, 23 Maret 2018, pukul 15.09 WIB.

Puting beliung, sebagaimana dikutip dari Wikipedia.org, adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit.

Orang awam menyebut angin puting beliung adalah angin Leysus, di daerah Sumatera disebut Angin Bohorok dan masih ada sebutan lainnya, seperti Angin Puyuh.

Angin jenis lain dengan ukuran lebih besar yang ada di Amerika yaitu Tornado yang mempunyai kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter.

Angin puting beliung sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pancaroba. Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan pusarannya benda yang terlewati terangkat dan terlempar.

Berbicara tentang angin puting beliung, khususnya ketika kita mendengar atau membaca berita, korelasinya dapat dipastikan (salah satunya) dengan kerusakan.

Benarkah angin puting beliung itu hanya “identik” dengan kerusakan (merusak)? Tak ada sisi positifnya (pembelajaran) yang bisa diambil?

Ternyata tidak. Terlepas dari kerusakan yang diakibatkannya yang selalu diberitakan berbagai media, ternyata angin puting beliung juga memberikan pembelajaran berharga bagi kita. Pembelajaran yang oleh kebanyakan orang luput untuk dipetik.

Pembelajaran dimaksud dirangkum Ali bin Abi Thalib, pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad (599-661 M) dengan untaian kalimat nan indah; “Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan menguji kekuatan akarnya.”

Apa makna tersirat dalam kalimat bernas yang dikemukakan pemilik pesan; “jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu” di atas? Silahkan ambil kesimpulan sendiri.

Namun demikian, satu hal yang pasti, dimanapun angin puting beliung terjadi, dia tetap selektif. Tidak serampangan (sembarangan). Angin puting beliung tetap akan "membiarkan" rumah atau pohon yang kuat. Tak akan merusak atau menumbangkannya.

Wallahu 'alam bishawab! *****


Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar