Bakat Tanpa Latihan adalah Kesia-Siaan

Ala bisa karena biasa. Adapun makna peribahasa tersebut, diantaranya; ‘segala kesukaran tidak akan terasa lagi apabila sudah biasa’; sesuatu yang pada awalnya dirasakan sulit bila sudah biasa dikerjakan akan menjadi mudah.

Sinonim peribahasa di atas, antara lain; ‘lancar kaji karena diulang, pasar jalan karena diturut’, yang berarti ‘kepandaian/kemahiran didapatkan karena selalu berlatih’ (pasar artinya licin).

Memang kehebatan seseorang tidak hanya ditentukan oleh bakat. Sebab, bakat tanpa latihan adalah sebuah kesia-siaan. Tanpa dipaduserasikan dengan latihan dan ketekunan, bakat dan kecerdasan yang dimiliki seseorang tidak akan ‘mengudara’, tak akan ‘melambung’. Tetap akan menjadi bakat nan terpendam.

Untuk itu dan dalam rangka melatih bakat kepemimpinan yang sudah miliki teman-teman sejawat di Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Diskominfotik), khususnya dalam berbicara di depan umum, sejak beberapa waktu lalu, secara bergantian, mereka memang akan diberi kesempatan yang sama menjadi pembina apel masuk atau pulang kerja. Baik itu pejabat, pegawai non pejabat maupun tenaga honorer.

Sore Senin kemarin, 5 Februari 2018, teman sejawat yang diberi kesempatan untuk itu (menjadi Pembina apel) adalah Hendra Dwi Permana, Kepala Seksi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Bidang Pengelolaan Berbasis Elektronik.

Pada kesempatan itu, Pak Hendra, begitu pria kelahiran 7 Oktober 35 tahun silam ini akrab disapa, menyampaikan tentang ‘SIRUP’. Namun jangan salah tafsir dahulu. S SIRUP di sini bukan minuman seperti sirup Marjan atau obat berbentuk cairan berasa manis. Tapi ‘SIRUP’ dalam pengertian Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan.

Sekedar mengingatkan, Hendra menjelaskan, dari 5 unit kerja di Diskominfotik, ada yang belum mengumumkan kegiatannya melalui SIRUP.

“Karena hal ini merupakan amanat ketentuan peraturan perundang-undangan, bagi unit kerja yang belum diharapkan segera mengumumkannya. Bagi teman-teman yang mengalami kesulitan, kami di LPSE, dengan senang hati akan membantu,” pesannya.

Di Diskominfotik, Hendara bukan saja suka sirup Marjan atau pernah minum berbentuk cairan berasa manis, tapi dia juga memang ahli soal SIRUP ini. Pokonya, dia memang adalah pakar SIRUP.

Makanya, kalau ada teman-teman dari Perangkat Daerah lain, para rekanan atau pihak manapun memerlukan sesuatu berkenaan dengan SIRUP ini, langsung ke ruang kerjanya.

Hampir lupa, saat menjadi Pembina apel sekitar 5 menit tersebut, sebagai salah satu dasar hukum kewajiban soal SIRUP ini, Hendra menyebutkan Peraturan Presiden (Perpres) yang terdiri dari 136 Pasal yang ditetapkan di Bogor, Jawa Barat pada 6 Agustus 2010. Yaitu, Perpres Nomor 54 Tahun 2010.

Sekarang kembali salah satu kalimat di atas. Benarkah bakat tanpa latihan adalah sebuah kesia-siaan?

Kalau seandainya boleh diibaratkan sebuah payung, memang demikian adanya. Payung tidak akan memberikan manfaat untuk melidungi diri dari panas atau hujan jika tidak dikembangkan.

Dengan kata lain, seseorang tidak bisa hanya mengandalkan bakat untuk menjadi orang yang pandai atau orang yang unggul. Akan tetap menjadi payung yang kuncup. Dan di sinilah peran penting latihan atau pembiasan dimaksud sebagaimana maksud kedua peribahasa di atas.

“Bakat itu harus dilatih, bukan hanya dilahirkan,” tegas penulis buku kelahiran Los Angeles, California (Amerika Serikat) pada 22 Februari 1946.

Pertanyaan selanjutnya, benarkah latihan akan membuat seseorang menjadi unggul atau hebat? Menurut apa Haqi Ahmad memang demikian adanya.

“Kalau mau jadi hebat, kita harus rajin latihan,” kata penulis skenario film ‘Ada Cinta di SMA’ (2016), Kata Hati (2013), ‘7 Hari Menembus Waktu’ dan ‘Meet Me After Sunset’, kelahiran Jakarta, 27 Februrari 2017 tersebut.

Sementara Aristoteles, filsuf dari Yunani (384 SM-322 SM), mengatakan; “Keunggulan adalah sebuah seni yang dimenangkan oleh latihan dan kebiasaan.”

Memang, seorang penyanyi yang lahir dari orang tua penyanyi juga, tidak selamanya mewarisi kemampuan orang tuanya. Begitu pun seorang yang memiliki potensi akan mampu mengalahkan orang “berbakat” secara genetik melalui kerja keras latihan.

"Practice make perfect," begitu kata sebuah ungkapan bijak.

Karena itu, apapun bakat yang kita miliki, harus terus dan terus kita latih. Sebab, bakat tanpa dilatih, hanya akan menjadi “bakat koreng” atau “bakat kuncup”.

Wallahu a’alam bisawab! *****

Bengkalis, 6 Februari 2017
Negeri Junjungan, Negerimu, Negeriku, Negeri Kita Semua.


Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar