Manfaat Membaca: Terinspirasi "Protes" Dua Sahabat di Facebook

Tahun 1975 atau 43 tahun silam. Itulah tahun dimana kami mulai mendapat pendidikan formal. Yaitu di Sekolah Dasar Negeri 1 Tebat Agung, Kecamatan Rambang Dangku, Kabupaten Muara Enim (Sumatera Selatan). Tentu dimulai di kelas I (satu).

Waktu itu, tahun ajaran dimulai awal tahun masehi (Januari). Belum di pertengahan tahun (Juli) seperti sekarang. Istilah yang digunakan untuk evaluasi masih caturwulan, bukan semester seperti saat ini.

Caturwulan berasal dari istilah dalam bahasa Jawa untuk sistem penanggalan. Terdiri atas catur (empat) dan wulan (bulan) yang memiliki makna empat bulan berturut-turut.

Pada penanggalan Gregorian, caturwulan (quadrimester) dalam satu tahun terdiri dari tiga periode. Yaitu. Pertama, Januari hingga April (120/121 hari). Kedua, Mei hingga Agustus (123 hari). Dan, caturwulan ketiga, September hingga Desember (122 hari).

Karena tahun ajaran dimulai awal tahun masehi, hari pertama kami masuk sekolah, sama dengan hari kami dilahirkan, yaitu Kamis. Tanggal 2 Januari 1975 memang hari Kamis.

Karena April 1975 hanya 28 hari, pada caturwulan pertama, kami belajar hanya 97 hari. Seba, dari 120 hari pada caturwulan pertama 1975, ada 17 kali hari minggu dan 6 hari besar nasional.

Enam hari besar nasional itu; Tahun Baru Masehi (1 Januari; pada hari Rabu), Tahun Baru Hijriyah 1395 Hijriyah (14 Januari, Selasa), Tahun Baru Imlek 2526 (Kelinci Kayu) yang jatuh pada tanggal 11 Februari (Selasa), Hari Raya Nyepi (Tahun Baru Saka) 1897 Saka (13 Maret, Kamis), Maulid Nabi Muhammad SAW 1395 Hijriyah (26 Maret, Rabu) dan Wafat Yesus Kristus (28 Maret, Jum’at).

Kami masih ingat betul, salah satu pelajaran pertama diajarkan Pak Ahmad Syafe’i (guru kelas I) adalah membaca. Membaca dimaksud tentu belum dalam bentuk membaca kalimat panjang. Tapi hanya sebatas mengeja atau melafalkan huruf, lalu kemudian menggabungkannya membentuk kata. Hanya sebatas itu.

Membaca. Terkait kata yang kata dasarnya baca ini, beberapa waktu lalu tulisan yang kami bagikan di facebook “diprotes” dua orang. Pertama Pak Wan Muhammad Sabri. Kedua teman sejawat di kantor, Bu Halimah Tusakdiah (juga berkarib di facebook_.

Jika Halimah Tusakdiah “memperotes” tulisan bertajuk “DI BALIK TEGURAN PAK H BASRI: “NASIHAT ITU TANDA CINTA” yang kami bagikan pada 26 Januari 2018 lalu, Pak Wan Muhammad Sabri untuk tulisan berjudul JANGAN SEPERTI ‘TATAH’, ‘PAEK’ ATAU ‘CHISEL’, yang kami bagikan 3 hari sebelumnya, 23 Januari 2018.

Meskipun berbeda objek yang “diprotes”, namun inti dari “keberatan” keduanya sama. “Keberatan” itulah yang ingin kami tuliskan kali ini.

Literasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna kemampuan menulis dan membaca. Kalau melihat susunan huruf dan artinya, literasi diserap dari bahasa Inggris. Yaitu “literacy”.

Lawan kata atau antonoim “literacy” adalah “illiteracy”. Dalam bahasa Indonesia, “illiteracy” dikenal dengan buta huruf atau tak bisa membaca. Mengapa buta, karena sakit (tidak berfungsi sebagaimana mestinya). Mungkin karena itulah tiga huruf pertama dalam kata “illiteracy” adalah “ill” yang dalam bahasa Indonesia artinya “sakit”.

Kata literacy berasal, menurut sebuah referensi, berasal dari bahasa Latin, “literatus”. Artinya orang yang belajar. Sementara sumber lain menyebutnya berasal dari kata “literature” (bahasa Latin) dan “letter” (bahasa Inggris).

Terlepas dari mana asal usul kata literasi, namun di tahun 2016, berdasarkan laporan berjudul World’s Most Literate Nations yang disusun oleh Central Connecticut State University (alamat; 1615 Stanley St, New Britain, CT 06053, Amerika Serikat), peringkat literasi Indonesia berada di urutan ke 60 dari 61 negara yang diteliti.

Sedangkan peringkat 59 diisi Thailand dan peringkat terakhir diisi Botswana. Adapun Finlandia menduduki peringkat pertama dengan tingkat literasi yang tinggi, hampir mencapai 100 persen.

Data ini menunjukkan minat baca di Indonesia masih tertinggal jauh dari Singapura dan Malaysia. Kedua negara jiran ini masing-masing berada di peringkat 36 dan 53.

Sementara itu, berdasarkan survei tiga tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012, diperoleh data bahwa anak-anak Indonesia yang memiliki minat baca hanya 17,66 persen. Sedangkan yang memiliki minat menonton mencapai 91,67 persen.

Artinya, hanya ada 1 dari 10 anak di Indonesia yang memiliki minat baca, dan 9 dari 10 anak Indonesia lebih menyukai untuk menonton televisi.

Mirisnya lagi, soal literasi Indonesia tertinggal empat tahun dibandingnegara lain. Mengutip Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, kemampuan membaca siswa SMA kelas 3 (kelas XII) di Indonesia sama dengan siswa kelas 2 SMP (kelas XVIII) di sejumlah negara. Bahkan, di sekolah daerah tertentu, hingga mahasiswa masih belum mampu membaca dengan lancar.

Bagi yang seakidah dan sebagaimana kerab dinukil ustadz H Amrizall, H Ali Ambar, Awal Hasibuan, Muhammad Subli, Filusmanfilsuf Al Hasyimi dan Khairuddin Saleh, membaca ini merupakan perintah pertama Allah SWT., kepada umat Islam (Iqra’). Terdapat dalam surah Al-‘Alaq (96) ayat 1 sampai ayat 5 yang merupakan wahyu pertama.

Dalam terjemahan surah di atas, terdapat dua kali perintah membaca. Bacalah! Kalau tak salah terdapat dalam ayat 1 dan ayat 3. Artinya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu yang menciptakan” (ayat 1); dan “Bacalah, dan Rabb-mu yang paling pemurah” (ayat 3).

Mengapa Islam menjadikan membaca ini sebagai sesuatu yang sangat penting, dijadikan perintah pertama? Tentu bukan tanpa dasar. Allah SWT., itu Maha Tahu. Salah satu alasannya setidaknya dapat dari segi manfaatnya.

Lantas apa manfaat membaca? Mengutip manfaat co.id, setidaknya ada 15 faedah atau guna yang bisa didapat dari membaca. Namun demikian, membaca yang dimaksud di sini bukan sekedar melihat tulisan namun tidak membekas di hati maupun pikiran kita.

Lebih dari itu, membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis dalam media tulisan. Oleh karenanya, membaca adalah salah satu aktivitas yang memiliki segudang manfaat.

Berikut manfaat membaca yang kami kutip dari manfaat.co.id dimaksud.

Pertama, dapat menstimulasi mental. Otak merupakan salah satu organ yang memrlukan latihan agar tetap kuat dan sehat seperti organ lainnya. Membaca bisa menjaga otak agar bisa tetap aktif, sehingga dapat melakukan fungsinya secara baik dan benar. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa dengan membaca buku dapat merangsang mental bahkan dapat mencegah penyakit Alzheimer dan demensia.

Kedua, dapat mengurangi stress. Membaca dapat membuat pikiran lebih santai sehingga hal tersebut dapat membantu menurunkan tingkat stress hingga 67 persen. Membaca juga dapat membawa kedamaian batin serta ketenangan yang sangat besar. Membaca dapat menurunkan tekanan darah serta telah terbukti membantu orang yang menderita gangguan mood tertentu dan penyakit mental ringan.

Ketiga, menambah wawasan dan pengetahuan. Membaca dapat mengisi kepala kita tentang berbagai macam informasi baru yang selama ini belum diketahui yang kemungkinan besar hal tersebut dapat berguna bagi kita nantinya. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, maka kita akan lebih siap untuk menghadapi tantangan hidup, baik dimasa sekarang maupun di masa mendatang.

Keempat, dapat menambah kosakata. Semakin banyak melakukan kegiatan membaca, maka akan semakin banyak kita mendapatkan penjelasan mengenai hal-hal yang belum kita ketahui, serta dapat menambah jumlah kosakata yang bisa kita gunakan dalam kehidupan keseharian kita. Hal ini tentu saja dapat membantu bagi kita untuk dapat mengartikulasikan, membantu menyampaikan pendapat dengan bahasa yang lugas, serta dapat menambah rasa percaya diri pada saat berbicara dengan orang lain.

Kelima, dapat meningkatkan kualitas memori. Membaca dapat memberikan andil untuk meningkatkan kualitas otak kita dalam proses mengingat, berbagai macam hal yang telah kita baca. Selain itu juga dapat menstabilkan suasana hati seseorang.

Membaca dapat membantu latihan otak secara maksimal daripada hanya menonton televisi atau mendengarkan radio. Ken Pugh, PhD, seorang presiden direktur dari riset Haskins Laboratories, mengatakan bahwa kebiasaan membaca dapat memacu otak untuk berpikir dan berkonsentrasi.

Keenam, melatih ketrampilan untuk berfikir dan menganalisa. Membaca dapat melatih otak untuk dapat berfikir lebih kritis maupun menganalisis adanya masalah yang tersaji dalam apa yang kita baca.

Ketujuh, dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi. Membaca dapat melatih otak untuk lebih fokus dan berkonsentrasi pada apa yang dibaca. Hal ini akan melatih kita untuk dapat juga lebih fokus dalam melakukan berbagai macam kegiatan atau rutinitas keseharian.

Kedelapan, melatih untuk dapat menulis dengan baik. Dengan bertambahnya kosakata yang dimiliki dari kegiatan membaca, otomatis dapat membantu kita untuk dapat membuat karya tulis sendiri dengan bahasa yang sebaik atau bahkan bisa lebih baik dari apa yang telah kita baca sebelumnya.

Kesembilan. dapat memperluas pemikiran seseorang. Seseorang yang gemar membaca telah dilaporkan memiliki tingkat kreativitas yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak atau kurang gemar membaca.

Kesepuluh, dapat meningkatkan hubungan sosial. Gemar membaca juga mempengaruhi aspek kehidupan sosial manusia, dimana ia bisa lebih mengenal berbagai macam karakteristik, budaya, maupun kehidupan sosial suatu masyarakat. Sehingga apabila suatu saat ia berkunjung ke tempat tersebut, ia telah tahu bagaimana cara bersikap untuk menghormati adat serta kebudayaan mereka.

Kesebelas, dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif. Berdasarkan studi yang dilakukan Rush University Medical Center (1653 W Congress Pkwy, Chicago, IL 60612, Amerika Serikat), seseorang yang menghabiskan waktu mereka untuk melakukan kegiatan kreatif atau intelektual seperti membaca mengalami kenaikan kognitif hingga 32% daripada mereka yang tak membaca di kemudian harinya. Membaca buku dapat membuat otak bekerja lebih.

Kedua belas, dapat meningkatkan empati seseorang.
Menurut penelitian New York University (Kota New York, New York 10003, Amerika Serikat), dengan membaca dapat meningkatkan kemampuan kita untuk lebih memahami perasaan orang lain. Sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitar kita.

Ketiga belas, dapat mendorong tujuan hidup seseorang
Menurut penelitian Ohio State University (Columbus, Ohio 43210, Amerika Serikat), dengan membaca dapat membantu seseorang untuk mendapatkan motivasi dalam mengatasi berbagai macam hambatan, sehingga nantinya dapat membantu dalam mencapai tujuan hidupnya.

Keempat belas, dapat membantu kita untuk terhubung dengan dunia luar. Menurut seorang psikolog University of Buffalo Buffalo, New York 14260, Amerika Serikat), saat seseorang sedang membaca, hal tersebut dapat membantunya untuk mengidentifikasi karakter dalam bahan bacaan ia baca. Ia akan mengalami jenis hubungan kehidupan nyata yang dapat meningkatkan rasa inklusi. Dengan kata lain, membaca dapat meningkatkan persahabatan dengan dunia luar.

Kelima belas, dapat lebih berhemat. Membaca akan berdampak pada segi perekonomian. Dengan membaca dapat menghemat uang daripada harus bersusah payah mencari jasa penyedia informasi atau hiburan lainnya, misalnya nonton bioskop.

Itulah mengapa kami selalui menulis “panjang” yang “diprotes” Pak Wan Muhammad Sabri. Selain banyak manfaatnya bagi yang membaca (khususnya kami), juga bertujuan untuk meningkatkan literasi teman-teman. Terutama rekan sejawat di Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Bengkalis yang memang selalu kami bagikan apapun yang kami tulis.

Jangan hanya budaya keselamatan berlalu lintas yang kita jadikan kebutuhan, tetapi juga membaca juga harus dijadikan kebutuhan. Sebab, kata Mark Twain (1835-1910), penulis dari Amerika Serikat: “Orang yang tidak membaca tidak memiliki keunggulan daripada orang yang tidak bisa membaca.”

Sementara Dr Seuss yang juga penulis dari Amerika Serikat (1904-1991), mengatakan: “Lebih banyak Anda membaca, lebih banyak hal yang Anda ketahui. Lebih banyak hal yang Anda pelajari, lebih banyak tempat yang Anda kunjungi.”

Memang, jika seseorang hanya hobi membaca yang singkat-singkat (sedikit membaca), itu sama artinya yang bersangkutan dari Pekanbaru ingin ke Jakarta, tapi uang yang dimiliki hanya pas untuk ongkos dari rumah sampai ke “curb” (tempat naik/turun penumpang dari kendaraan/mobil) di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II. Jangankan mau "check in", untuk melewati petugas jaga sebelum “x-ray” pertama pun tak bisa.

Orang yang ingin menghilangkan dahaga di terik matahari yang sangat menyengat, memang tak bisa hanya minum setetes air.

Iqra’ dan banyaklah membaca! Dijamin 100 persen tak rugi.

Semoga bermanfaat!

Wallahu a’alam bisawab!****

Bengkalis, Negeri Junjungan
Senin, 29 Januari 2018

 


Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar