Menangkap Motivasi Tersirat Dibalik Sebuah Gerakan Senam

Salah satu kewajiban kami setiap Jum’at pagi adalah berada di “TKP” (Tempat Kegiatan Pegawai). Maksudnya, mengikuti kegiatan senam pagi/kesegaran jasmani di lapangan pasir Bandar Sri Laksamana/Taman Andam Dewi Bengkalis.

Namun dan tentunya apabila ada keadaan kahar atau ‘force majeure’, atau hal lainnya yang dibenarkan regulasi, seperti sakit atau dinas luar, kewajiban dimaksud menjadi gugur. Seperti yang terjadi pada Jum’at minggu lalu, 12 Januari 2018, misalnya

Mengapa Jum’at minggu lalu kewajiban tersebut gugur? Pasalnya sejak subuh hingga waktu pelaksanaan senam, “gerimis mengundang” mengguyur di kota Bengkalis. Tentu tak elok senam di tengah guyuran hujan. Bukan tambah sehat, bisa jadi sebaliknya, menjadi sakit. Dan kalau keadaan seperti itu, instruktur pun tak ada yang datang.

Hal yang sama (kalau kami tak salah ingat) terjadi di Jum’at pagi minggu pertama tahun ini, 5 Januari 2018 lalu.

Artinya, senam tadi pagi adalah senam pagi pertama kami di tahun yang disebut-sebut tahun politik ini. Tahun dimana Gubernur dan Wakil Gubernur Riau untuk periode selanjutnya akan pilih.

Berbeda dengan tahun 2017. Meskipun senam ‘Gemu Famire’ yang kami ‘request’ tetap dipertahankan menjadi senam penutup, saat senam tadi pagi ada senam baru.

Senam baru ini sangat kental nuansa Melayu-nya. Karena belum hafal namanya dan meminjam istilah dalam dunia kuliner, kami sebut saja senam baru itu 'Senam ala Melayu di Jum'at Pagi'.

Pasalnya, ada gerakan tari Zapin dan menebas seperti dalam salah satu jurus dalam pencak silat (begitu penjelasan Bu Wansyafrida Ida sebagai ‘head of instructor’ tadi pagi) dalam senam yang baru 'launching' tersebut.

Karena baru kali pertama dan belum bisa mengikutinya dengan baik dan benar, namun dalam salah satu gerakan senam tersebut, ada satu kalimat yang sangat sarat dengan ajakan yang memotivasi yang harus diucapkan seluruh yang ikut senam. Terkhusus tentunya buat kami dan yang mau dimotivasi. Yaitu, kalimat; “Ayo Maju, Kita Bisa” yang gerakan senamnya disertai acungan dua jempol ke atas.

Menurut Semantik, kata ‘ayo’ bermakna kata seru untukmengaja katau memberikan dorongan. Padanan kata yang sama untuk kata ‘ayo’ ini adalah ‘mari’ yang dalam bahasa Inggris-nya ‘come on’ atau ‘let’.

Sementara kata ‘maju’, diantaranya berarti menjadi lebih baik (laku, pandai, dan sebagainya); berkembang. Makna yang lain adalah berjalan (bergerak) ke muka; tampil ke muka, dan cerdas; berkembang pikirannya; berpikir dengan baik.

Adapun kata ‘kita’, adalah pronomina persona pertama jamak, yang berbicara bersama dengan orang lain termasuk yang diajak bicara. Sedangkan ‘bisa’ artinya mampu (kuasa melakukan sesuatu) atau dapat.

Sebagai salah satu bahasa isyarat, adapun makna acungan jempol atau ‘thumbs-up’ (meskipun hanya satu) sebagai tanda persetujuan, bagus, baik, hebat, sempurna, mantap dan sebagainya.

Tentunya acungan jempol dimaksud arahnya ke atas. Sedangkan bila ke bawah arahnya, maknanya justru kebalikannya.

Berdasarkan ‘translation’ atau penterjamahan keempat kata tersebut serta makna isyarat acungan dua jempol dimaksud, adapun kesimpulan yang dapat kami petik diantaranya; “Mari, kita bisa menjadi lebih baik!”, “Mari, kita dapat berpikir dengan baik!”, dan “Ayo, jangan takut tampil ke muka, kita bisa!”.

Kemudian, “Ayo, kita bisa berbuat atau mengerjakan sesuatu lebih baik!, “Ayo, jadilah orang yang cerdas, kita bisa!, dan “Ayo, kita bisa menambah kecerdasan, kepandaian atau kemampuan berpikir yang dimiliki”.

Itulah beberapa hasil tangkapan yang bisa kami petik. Bagaimana Bu Wan Syafrida, benar atau tidak? Hehehehehe....

Terlepas dari benar atau salah jawaban yang bakal diberikannya, Jum’at minggu depan, kata-kata ‘Ayo Maju, Kita Bisa’ tersebut, inshaa Allah bakal kembali ‘menggema’ di lapangan pasir Bandar Sri Laksamana/Taman Andam Dewi Bengkalis. Terkecuali ada keadaan kahar atau ‘force majeure’.

Wallahu a'lam bishawab!

 


Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar