"Membalas Pantun" Status di Akun Facebook AN Khudlori

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr Wb,

SELASA, 26 September 2017, kemarin. Jam menunjukkan pukul 07.57 WIB, atau kira-kira hampir setengah jam setelah "lonceng" apel masuk kantor dibunyikan. Saat itulah status di akun facebook milik sahabat baru kami, AN Khudlori mulai “mendunia maya”.

“Selalu saja dapat semangat dari beliau, dan harus adaptasi kembali dengan kata-kata "disiplin",” begitu tulis AN Khudlori yang nama lengkapnya Abdun Nazif Khudlori.

Sekitar 17 jam kemudian, sesaat setelah membaca tulisannya yang terdiri dari 14 kata itu, kami jadi teringat beberapa artikel yang pernah kami baca sebelumnya. Mengenai korelasi antara sukses dan disiplin.

Sukses. Setiap kita melihat seseorang yang sukses, maka setidaknya akan terlihat dua pondasi kokoh yang membangunnya.

Pertama adalah competency alias kompetensi. Atau dalam bahasa Indonesia sering disinonimkan dengan kata seperti kemampuan, keahlian, keterampilan, kecerdasan, dan pengetahuan.

Memang, hanya dengan memiliki kompetensi seseorang mampu melakukan sesuatu dengan baik dan berkualitas. Hanya dengan kompetensi itu juga seseorang bisa jadi pemenang dalam sebuah kompetisi.

Tentu, kompetisi yang dimaksud di sini adalah dalam kondisi yang normal, fair play. Kompetisi yang faktor lucky alias keberuntungan boleh dikatakan mesti dinolkan.

Kedua, self control atau pengendalian diri. Adapun padanan katanya adalah disiplin, kemauan, motivasi, semangat, determinasi, istiqomah atau konsistensi.

Memang, hanya dengan disiplin seseorang mampu melakukan sesuatu yang awalnya tidak disukainya dengan baik.

Hanya dengan kemauan yang kuat seseorang bisa mengabaikan godaan jangka pendek demi tujuan jangka panjang.

Hanya dengan self control seseorang bisa mengabaikan perasaan atau pikiran yang tidak berdampak positif pada pencapaian tujuan.

Tanpa kemauan yang kuat, kompetensi yang kita miliki akan terkubur dalam. Apapun keahlian yang kita punya, ianya tak akan berarti apa-apa bila kita tak konsisten. Percuma kita cerdas bila tidak disiplin. Tanpa kemampuan mendisiplinkan diri, kita tidak akan menjadi dan berarti apa-apa.

Menurut hasil sebuah riset, orang yang memiliki disiplin dalam pengertian mampu mengendalikan dirinya dengan baik, hidupnya lebih baik dan puas dengan kehidupannya.

Dalam literatur psikologi, self control ini disebut dengan istilah willpower. Mengutip kamus Merriam-Webster, yang sudah diterjemahkan, willpower didefinisikan sebagai kemampuan mengendalikan diri sendiri; tekad yang kuat untuk melakuan sesuatu yang sulit.

Disiplin, kerja keras, konsistensi adalah efek dari willpower. Banyak orang cerdas, orang pintar, namun tak menghasilkan apa-apa karena dia tidak bertindak. Cuma ‘ngecek doang’.

Mengapa ada orang cerdas tapi dia tidak berbuat apa-apa? Itu merupakan signal bahwa willpower dirinya lemah. Kalau istilah ngetren di ‘dunia android’, baterainya lemot.

“Tidak ada sukses tanpa disiplin, tidak ada disiplin tanpa aturan,” tulis Riham Collection di dinding akun facebook miliknya, 19 April 2013.

“No pain, no gain”. Disiplin dalam bekerja keras, memang tidak menjamin seseorang meraih sukses. Tapi, tak ada sukses tanpa disiplin dan kerja keras.

“Disiplin adalah jembatan antara cita-cita dan pencapaiannya. Bagi setiap usaha yang disiplin pasti ada hasil yang berlipat ganda,” begitu pesan Jim Rohn, seorang pengusaha, penulis dan pembicara motivasi dari Amerika Serikat yang hidup antara tahun 1930-2009.

Sedangkan Andri Wongso, seorang pengusaha dan motivator Indonesia kelahiran 1954, mengatakan, “Disiplin diri merupakan senjata ampuh yang harus dimiliki setiap orang yang mau sukses! Untuk memiliki disiplin harus dibiasakan, tidak jarang pula harus dipaksakan!”

Terakhir, tak salah rasanya bila sama-sama kita ingat pesan 6 kata dari Prof BJ Habibie, Presiden ke-3 Indonesia. Katanya, “Dengan konsisten Anda bisa seperti saya.”

Bagaimana willpower kita hari ini? Jika masih lemot, yuk kita ikuti ajakan sahabat baru kami AN Khudlori  tersebut, “harus adaptasi kembali dengan kata-kata disiplin." Berjalan seayun langkah, seiring jalan dengannya. Kembali mendisiplinkan diri. Bermasyarakat kembali dengan aturan. Kembali membudayakannya, menjadikannya sebuah kebutuhan. Kita bisa!

“No pain, no gain.”

 

Semoga ada manfaatnya!

Aamiin ya rabbal ‘alamin!

 

Wabillahi taufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

 

Bengkalis, 27 September 2017

“Tak kala mata enggan terpejam”


Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar