NEW NORMAL, SELEKSI ALAM DAN DISIPLIN DIRI

Asal Usul Spesies.

Buku itu terbit tahun 1959. Ditulis oleh Charles Darwin.

Asal Usul Spesies adalah karya penting dalam literatur ilmiah. Dianggap sebagai tonggak dalam teori evolusi.

Buku ini memperkenalkan teori ilmiah bahwa populasi berevolusi dari generasi ke generasi melalui natural selection (seleksi alam).

Yaitu, makhluk hidup yang tak mampu beradaptasi dengan lingkungannya, lama kelamaan akan benar-benar binasa. Ludes alias punah ranah.

Sedangkan yang tertinggal, hanyalah yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan sesama makhluk hidup bakal saling berkompetisi untuk mempertahankan hidupnya.

Artinya, individu yang kurang sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya memiliki kemungkinan bertahan hidup yang lebih kecil.

Dalam konteks ketuhanan, pandemi Covid-19 yang bermula di Wuhan, adalah sebuah teguran.

Penyebabnya – mengutip lirik lagu "Berita Kepada Kawan" milik Ebiet G Ade – “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa”.

Sementara dikaitan dengan natural selection – masih menukil lirik lagu yang sama – boleh jadi disebabkan “Alam mulai enggan bersahabat dengan kita”.

Selama pandemi Covid-19, masyarakat setidaknya sudah berada di 2 (dua) situasi berbeda.

Yakni, beraktivitas bersama imbauan, dan dengan pembatasan (Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB).

Baik imbauan agar patuh terhadap protokoler kesehatan maupun ketika diberlakukannya PSBB, tujuannya setali tiga uang.

Kedua campur tangan pemerintah itu supaya kita tak menjadi korban seleksi alam oleh Covid-19. Itulah maksudnya.

Mengutip laman Covid-19.go.id, hingga 29 Mei 2020 (sampai pukul 06:20 WIB), kasus terkonfirmasi Covid-19 di 216 negara sebanyak 5.657.529 orang, dengan yang “terseleksi” (meninggal) sebanyak 356.254 orang atau 6,30 persen.

Sedangkan di Indonesia, dari 25.216 orang positif Covid-19, 1.420 orang atau 6,03 persen diantaranya “terseleksi”. Sementara yang sembuh 6.492 orang atau 25,75 persen. Sisanya masih dirawat.

Kini dan meskipun belum mulai diterapkan, pemerintah sudah menetapkan 4 provinsi dan 25 kabupaten/kota yang menuju new normal.

Imbauan dan penerapan PSBB, sifatnya program. Sedangkan new normal adalah sebuah movement (gerakan).

Berbeda dengan program dimana “pemaksaan” oleh pemerintah dominan. Dalam sebuah gerakan, partisipasi aktif menjadi kunci utama keberhasilannya.

Maknanya, di era new normal, kesadaran diri setiap pribadi adalah terali besi yang harus dimiliki untuk mencegah agar tak terinfeksi. Supaya tak menjadi pasien terkonfirmasi.

Sampai saat ini belum ada vaksin Covid-19. Kita belum bisa divaksinasi. Vaksinnya masih dicari-cari dan diuji coba para peneliti.

Ingat! Era new normal bukan cabang olahraga seperti bulutangkis atau bola voli, ada net yang membatasi para pemain yang berkompetisi.

Kalau tak boleh disebut sebagai seleksi alam terbuka, di era new normal, antara kita dan Covid-19 sudah berada di ring Mixed Martial Arts (MMA). Kita akan “berlaga” dengan Covid-19 di arena terkunci tanpa wasit (vaksin). Dengan lawan yang tak berupa.

Ingin berhasil (menang) dalam pertarungan tersebut? Tak mau terseleksi oleh Covid-19 menjadi pasien terkonfirmasi dan kemudian hilang dari orbit bumi?

Bila jawabannya ya, maka saat ini cara yang terbaik adalah meningkatkan disiplin diri untuk mematuhi imbauan pemerintah; jaga jarak (physical distancing), bila bepergian selalu gunakan masker, hindari kerumumanan/keramaian, serta selalu cuci tangan sampai bersih pakai sabun dan air yang mengalir.

Belum bisa disiplin mematuhi imbauan pemerintah dalam pencegahan Covid-19 dimaksud?

Mulai sekarang mesti dibiasakan, bahkan dipaksakan. Harus dijadikan budaya dan kebutuhan. Karena di era new normal hal itu tetap menjadi keharusan dalam kebebasan beraktivitas yang tak lagi dibatasi.

“Disiplin diri merupakan senjata ampuh yang harus dimiliki setiap orang yang mau sukses! Untuk memiliki disiplin harus dibiasakan, tidak jarang pula harus dipaksakan!” kata Andrie Wongso, motivator dan pengusaha asal Indonesia kelahiran 1954. #####


Opini Lainnya

Tulis Komentar