BERKAWANLAH DENGAN MUSUH

SEMUA dalam hidup ini berpasang-pasangan.

Siang dengan malam, laki-laki dan perempuan, jauh dengan dekat, mur dan baut, kecil dengan besar, dan seterusnya.

Dalam kitab suci agama Islam yang kami yakini, hal itu dijelaskan dalam surah Yasin ayat 36.

Arti surah tersebut, “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”

Bagaimana jika “ada yang lain” di antara pasangan-pasangan tersebut?

Meminjam istilah Biologi yang pernah kami pelajari, hal itu mungkin dapat disebut hanyutan genetik, ingsut genetik, penyimpangan genetik, atau rambang genetik.

Istilah-istilah tersebut dikenal juga sebagai efek Sewall Wright (dari nama seorang ahli biologi, Sewall Wright).

Kata yang berlawanan makna dengan kata kawan atau antonimnya adalah lawan atau musuh.

Kawan adalah orang yang sudah lama dikenal dan sering berhubungan dalam hal tertentu (dalam bermain, belajar, bekerja, dan sebagainya); sekutu, sahabat; teman.

Sedangkan persaman kata lawan adalah musuh alias seteru.

Tapi lawan juga bermakna pasangan atau teman.

Salah satu (mungkin satu-satunya) peribahasa yang di dalamnya ada kata teman dan musuh adalah, “Punya teman seribu orang masih kurang, punya satu musuh sudah terlalu banyak.”

Maksudnya kurang lebih adalah janganlah membuat musuh selama kita hidup, tetapi buatlah teman sebanyak mungkin karena akan berguna bagi diri kita, keluarga kita dan orang-orang yang dekat dengan kita.

Dalam sejarah Islam ada Kekhalifahan Rasyidin.

Kekhalifahan Rasyidin adalah kekhalifahan yang berdiri setelah wafatnya Nabi Muhammad saw pada tahun 632 M, atau tahun 11 H.

Kekhalifahan ini terdiri atas empat khalifah pertama yang disebut sebagai Khulafaur Rasyidin.

Keempat Khulafaur Rasyidin adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Dari keempat Khulafaur Rasyidin tersebut, sebagaimana sejumlah referensi yang pernah kami baca, ada dua orang yang meninggalkan kata-kata mutiara tentang teman. Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib.

‘Quote’ dari Umar bin Khattab mengenai teman adalah, “Orang yang mau menunjukkan di mana letak kesalahanmu, itulah temanmu yang sesungguhnya. Sedangkan orang-orang yang menyebar omong kosong dengan selalu memujimu, mereka sebenarnya adalah para algojo yang akan membinasakanmu.”

Kemudian, “Bertemanlah dengan orang-orang yang selalu bertaubat atas dosa-dosanya. Karena sungguh mereka adalah orang-orang yang berhati lembut.”

Sedangkan petikan tentang sahabat dari Ali bin Abi Thalib, yaitu, “Jangan menginginkan persahabatan dari orang yang tak menginginkannya darimu.”

Kemudian, “Seorang teman sejati adalah, dia yang memberi nasehat ketika melihat kesalahanmu, dan dia yang membelamu saat kamu tidak ada.”

Selanjutnya, “Seorang teman tidak bisa disebut sebagai teman sampai ia diuji dalam tiga keadaan; pertama, pada saat kamu membutuhkannya; kedua, bagaimana sikap yang ia tunjukkan di belakangmu; dan ketiga, bagaimana sikapnya setelah kematianmu.”

Lalu, “Berilah ribuan kesempatan bagi musuhmu untuk bisa menjadi temanmu, namun jangan berikan satu kesempatan pun pada temanmu untuk menjadi musuhmu.”

Seterusnya, “Jumlah teman yang kamu miliki mungkin terlihat banyak ketika kamu menghitungnya, akan tetapi itu akan menjadi sedikit ketika kamu sedang dalam situasi sulit.”

Dan, “Tidak ada gunanya seorang penolong yang selalu menghina atau teman yang selalu berburuk sangka.”

Tadi siang, Senin, 28 Oktober 2019, sekitar pukul 11.00 WIB, kami dipanggil menghadap Bupati Amril Mukminin ke Wisma Daerah Sri Mahkota.

Wisma Daerah Sri Mahkota adalah nama kediaman resmi Bupati Bengkalis. Di jalan Antara Bengkalis.

Di pertemuan tak lebih dari satu jam tersebut, di luar arahan tentang tugas-tugas kedinasan, Pak Bupati, begitu kami selalu menyapanya, juga memberikan sebuah nasihat yang sangat berisi.

Pelajaran yang baik itu tentu tak lupa kami catat dalam agenda yang memang selalu kami bawa kemana-mana. Lebih-lebih jika dipanggil pimpinan.

“Berkawanlah dengan musuh, tapi jangan bermusuh dengan kawan,” pesannya.

Kalau ‘jangan bermusuh dengan kawan’ insyaallah kami dapat, dan alhamdulillah selama ini kami memang bisa. Tak ada kawan kami jadikan musuh.

Tapi untuk ‘berkawan dengan musuh’, terus terang kami akui, itu bukan perkara mudah. Kami belum sepenuhnya bisa.

Karena sulit, dan ilmu serta jurus ‘berkawan dengan musuh’ yang kami miliki masih tohor, maka jujur harus kami akui juga, kami memang masih harus banyak belajar, belajar dan belajar lagi untuk itu.

Terima kasih atas nasihatnya, Pak! #####

Bengkalis, 28 Oktober 2019.


Opini Lainnya

Tulis Komentar