BELAJAR KEPEMIMPINAN DARI LOKOMOTIF

LOKOMOTIF.

Di Provinsi Riau tak ada moda transportasi kereta api seperti di Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

Tapi, di ibukota Provinsi Riau, di Pekanbaru, ada jalan Lokomotif.

Jalan yang berawal dari jalan Sungai Rokan ini berujung di jalan Kuantan V (atau sebaliknya), terdapat di Kecamatan Lima Puluh. Melintasi Kelurahan Tanjung Rhu dan Sekip.

Meskipun ada jalan Lokomotif, tak semua orang Pekanbaru (juga Riau) yang pernah melihat kereta api.

Atau, kalaupun pernah melihat, misalnya di televise atau saluran youtube, namun dapat dipastikan ada yang belum pernah sekalipun menggunakannya sebagai moda transportasi dalam bepergian.

Lokomotif adalah kepala kereta api (yang menarik gerbong kereta).

Lokomotif merupakan bagian dari rangkaian kereta api dimana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api.

Biasanya lokomotif terletak paling depan dari rangkaian kereta api.

Operator dari lokomotif disebut masinis.

Lokomotif bukan hanya kepala kereta api. Lokomotif adalah buku berjalan. Guru tempat menimba ilmu. Seperti ilmu kepemimpinan.

Sebagai penggerak, lokomotif tak hanya bisa ing ngarsa sung tulada, tetapi juga dapat tut wuri handayani. Bisa di depan, dapat pula di belakang. Menarik dan juga mendorong.

Lokomotif tak pernah menarik gerbong keluar rel atau meninggalkan gerbong yang ditariknya. Berisi atau kosong, semua dibawa ke stasiun yang sama. Karena hal itu memang jadi tanggungjawabnya.

Lokomotif adalah salah satu guru kepemimpinan yang tak hanya berteori. Tapi langsung memberi contoh atau teladan. Langsung praktik di lapangan saat itu juga.

Lokomotif merupakan satu diantaranya banyak guru kepemimpinan yang tak ada di lembaga kursus kepemimpinan di tingkat apa pun dan dimana pun. Baik di dalam dan di luar negeri.

Untuk memperoleh ilmu kepemimpinan dari lokomotif tak perlu biaya besar. Bila belajar sambil menaikinya langsung. Misalnya dari Jakarta-Bandung atau sebaliknya, tiketnya tak sampai Rp500.000.

Mengutip misteraladin.com pada Ahad, 13 Oktober 2019, dari Jakarta-All Stations, Jakarta tujuan Bandung-All Station, Bandung, untuk 1 (satu) orang penumpang hanya Rp150.000.

Baik itu menggunakan Argo Parahyangan (20), maupun Argo Parahyangan (7076), Argo Parahyangan (7076); Argo Parahyangan (7052), Argo Parahyangan (12410) maupun Argo Parahyangan (22) Eksekutif (Subkelas A).

Sedangkan bila naik Argo Parahyangan Priority (22P) Eksekutif (Subkelas A), biayanya hampir dua kali lipat. Yakni, Rp290.000.

Sementara jika menumpang yang di kelas Ekonomi (Subkelas C), tentu lebih murah dari itu.

Dan akan lebih murah lagi bila menontonnya melalui saluran youtube. Lebih-lebih di tempat yang ada layanan internet gratis. Bebas ongkos kirim.

“Saya belum pernah tahu akan seseorang yang menjadi seorang pemimpin dari sebuah kursus kepemimpinan”, ujar Lee Kuan Yew (1923-2015), Perdana Menteri Singapura 1959-1990.

Di bagian lain, Lee Kuan Yew yang pernah menjabat Menteri Senior di era pemerintahan Goh Chok Tong ini mengatakan, “Aku tak pernah terlalu mempedulikan atau terobsesi dengan jejak pendapat popularitas atau jejak pendapat opini. Kupikir pemimpin yang mempedulikan hal semacam itu adalah pemimpin yang lemah.”

Kemudian, sambung Lee Kuan Yew, “Jika kau masih mengkhawatirkan apakah ratingmu naik atau turun, maka kau bukanlah pemimpin. Kau hanya menunggang angin, pergi kemanapun ia membawa. Dan aku berada di sini bukan untuk itu.”

Belajar apapun, termasuk tentang kepemimpinan, dapat dilakukan melalui “alam nan takambang”. Tidak terkecuali melalui kepala kereta api; lokomotif. #####

Bengkalis, 13 Oktober 2019


Opini Lainnya

Tulis Komentar