BERGURU KE FILM KARTUN

FILM kartun.

Memang itulah nama yang kami kenal dan selalu sebut waktu kecil untuk film gambar mati yang bergerak tersebut. Bukan film animasi seperti yang lebih populer saat ini.

Selain Tom and Jerry, satu lagi film kartun yang kami suka. Scooby-doo.

Sampai hari ini, sekali-sekali kami masih suka menonton kedua film tersebut.

Dibanding Scooby-doo, kami lebih banyak nonton Tom and Jerry. Lebih seru. Itu salah satu alasannya

Tom and Jerry adalah sebuah serial animasi Amerika Serikat hasil produksi Metro-Goldwyn-Mayer (MGM)

Film ini bercerita tentang seekor kucing (Tom) dan seekor tikus (Jerry) yang selalu bertengkar.

Tom and Jerry memang sebagaimana makna dalam peribahasa “Seperti kucing dan tikus”. Tak pernah akur satu sama lain.

Film Tom and Jerry disutradarai dua orang animator bernama William Hanna dan Joseph Barbera.

Keduanya kemudian terkenal sebagai Hanna-Barbera.

Sedangkan tokoh-tokoh dalam film Scooby-Doo terdiri atas Scooby-Doo (seekor anjing yang mampu berbicara) dan empat orang remaja: Fred "Freddie" Jones, Daphne Blake, Velma Dinkley, dan Norville "Shaggy" Rogers.

Film kartun ternyata bukan hanya sebuah tontonan yang menghibur.

Tapi juga guru. Dapat kita jadikan tempat belajar.

Sebagai tempat berguru bagaimana bangkit. Bagaimana bangun dari jatuh.

Bagi yang saat ini sedang patah hati, tengah gagal dalam bercinta, film kartun dapat dijadikan guru bagaimana bangkit dan jadi pemenang dalam episode cinta berikutnya.

Gagal dan bangkit memang menjadi dinding pemisah yang membedakan antara seorang pecundang dan pemenang.

Seorang pecundang akan menyerah, mengibarkan bendera putih ketika ianya gagal.

Sedangkan seorang pemenang, jika jatuh sepuluh kali, ianya akan bangkit sebanyak sebelas kali.

Ralph Waldo Emerson, penyair dan filsuf dari Amerika Serikat (1803-1882) mengatakan, “Kemenangan terbesar kita adalah bukan karena tidak pernah gagal, tapi bangkit setiap kali kita gagal.”

Hal senada dikatakan Konfusius, filsuf dari Tiongkok (551 SM-479 SM), “Kemuliaan kita yang paling tinggi bukan karena kita tidak pernah jatuh, melainkan justru ketika kita selalu bangkit setiap kali jatuh.”

Jangan larut. Segera bangkit bila jatuh. Cepat bangun dari tidur. Itu pesan dari apa yang dikatakan Ralph Waldo Emerson dan Konfusius tersebut.

Jika larut dan tidak segera bangkit, maka konsekuensinya tak ada yang lain, bisa “mati tenggelam”.

“Saat anda segera bangkit dari kejatuhan, sesungguhnya anda sudah menjalani setengah jarak menuju sukses”, begitu pesan penulis buku “Done is Better Than Perfect: Kisah Sukses Seorang Digital Marketer dan Serial Entrepreneur”, Denny Santoso.

“Sesekali jadilah film kartun: dijepit, digilas, bangkit lagi”, itulah salah satu pelajaran yang bisa kita petik sebagaimana dikatakan mantan CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group yang bermarkas di Surabaya, Dahlan Iskan.

Tak percaya, nontonlah film kartun.

Kalau ada tokoh dalam film kartun yang tak bisa bangkit lagi bila dijepit atau digilas, dapat dipastikan “kasetnya kusut”. Atau memang Dahlan Iskan yang bohong. ####

Bengkalis, 8 Oktober 2019


Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar