JANGAN BERAK DI AIR TEMPAT KITA MANDI

JUM’AT hingga Senin lalu, bersama sejumlah sejawat di Diskominfotik, kami dinas ke Duri, Kecamatan Mandau.

Mengikuti kegiatan penutupan MTQ ke-44 Kabupaten Bengkalis 2019 dan tabligh akbar ustadz H Abdul Somad.

Menjelang mudik ke Bengkalis Senin siang, paginya, kami sempat berdiskusi dengan dua orang jurnalis senior di Duri.

Sudah lebih dari satu dasa warsa kami mengenal keduanya. Tapi bukan di media mereka bertugas saat ini. Masih di media cetak.

Kami ngobrol di lobi Surya Hotel Kecamatan Bathin Solapan. Di depan resepsionis.

Awalnya kami hanya bincang-bincang bertiga.

Tak lama kemudian General Manager Hotel Surya Sunarno yang baru tiba, langsung bergabung.

Karena bukan forum resmi, topik yang kami bahas pun gado-gado. Laksana buah-buahan dalam sepiring rujak.

Mulai dari potret dunia kewartawanan saat ini di Duri khususnya, sampai ke hal-hal yang sama sekali tak ada kait kelindan dengan pers.

Pokoknya, dari Barat sampai ke Timur, dari Utara ke Selatan, atas bawah, kiri dan kanan, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote.

Singkat kata pendek cerita, entah apa asal muasalnya, kepada salah seorang jurnalis karib kami bersebut, kami berujar, “Jangan berak (buang air besar) di air tempat kita mandi.”

Kalimat itu merupakan nasihat almarhum Ebak (Ayah) kami.

Di lain waktu, almarhum menyampaikan nasihat serupa dengan susunan kata-kata yang berbeda.

Yakni, “Jangan kotori piring tempat kita makan”, atau “Jangan meludah di sumur tempat kita menimbah air minum.”

Adapun makna ketiga pesan almarhum tersebut, jangan menjelek-jelekan tempat dimana kita mencari nafkah.

Lebih-lebih nafkah itu bukan untuk kita sendiri. Juga buat anak istri dan keluarga.

Rezeki yang kita peroleh, tidak semuanya langsung kita terima.

Bahkan boleh dikatakan semua melalui “pihak lain”. Ada perantaranya. Bisa lewat tetangga, teman, pimpinan, atasan, bawahan dan sebagainya.

Terlalu sombong bila kita menolak realita itu.

Angkuh sekali kita bila berani mengatakan tak ada campur tangan “pihak ketiga”.

Mari sama-sama kita terapkan dalam aktivitas keseharian. Kita tingkatkan kuantitas dan kualitas hubungan silaturrahim dengan siapa pun, kapan pun dan dimana pun.

Semoga kita semua terhindar dari sifat-sifat tak elok, sifat-sifat jelek.

Punya banyak teman, yakinlah tak akan pernah merugi. Bisa memberikan banyak keuntungan yang tak terduga,

Dengan banyak kawan, koneksi kita kian luas. Dapat menambah sumber inspirasi. Bahkan bisa saja menjalin kerja sama yang mendatangkan keuntungan.

Sementara meludahi sumur tempat kita mengambil air minum, mengotori piring tempat kita makan, atau berak di air tempat kita mandi, bak kata pepatah lain. Yakni tak ubahnya “Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri”.

Mari sama-sama kita jaga agar sumur, piring dan air tempat mandi kita. Dimana pun dan kapan pun juga.

Sebagai makhluk sosial, siapa pun kita memang tak bisa hidup sendiri. Meskipun belum punya tanggungan anak dan istri. Apalagi punya bini di sana sini. *****

 

Bengkalis, 1 Oktober 2019


Tim Redaksi

Opini Lainnya

Tulis Komentar