Ahad, 03 November 2019 | 14:44:04 WIB | Dibaca : 4695 Kali

LIDAH BUKAN TETELAN

Editor : Drs. Johansyah Syafri - Reporter : - Fotografer :
LIDAH BUKAN TETELAN Teks foto: Kadis Kominfotik Kabupaten Bengkalis

Pancaindra.

Terlepas berfungsi atau difungsikan dengan baik atau tidak, pastinya setiap orang memiliki pancaindra.

Salah satu dari indra yang kita punya adalah lidah.

Lidah adalah bagian tubuh dalam mulut yang dapat bergerak-gerak dengan mudah, gunanya untuk menjilat, mengecap, dan berkata-kata.

Namun, orang yang menjulurkan lidahnya untuk merasai sesuatu, bukan disebut penjilat.

Penjilat adalah orang yang suka berbuat sesuatu untuk mencari muka (mendapat pujian).

Mungkin karena itu dalam dunia kuliner, foot tester tidak diterjemahkan sebagai penjilat rasa. Tapi pencicip rasa.

Islam, agama yang kami yakini, melarang umatnya menjadi penjilat.

Suka menjilat bukanlah termasuk karakteristik moral seorang mukmin.

Penjilat termasuk dalam kategori orang munafik.

Penjilat termasuk orang yang paling dibenci Allah.

Seperti foot tester, penjilat pun tak terbatas pada jenis kelamin tertentu dan usia. Bisa laki-laki, dapat pula perempuan. Muda atau tua juga mampu.

Bagi penjilat, rekan kerja bukanlah teman senasib sepenanggungan. Tapi sebagai saingan.

Sejawat yang punya kelebihan, baik itu fisik, otak, kemampuan, maupun potensi untuk melebihi dirinya, adalah konkuren terberat baginya.

Penjilat juga seorang “pesilat”. Selain bisa menyikut ke segala arah, ia juga dapat menendang ke semua penjuru mata angin.

Penjilat suka overdosis dalam melahirkan kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu.

”Memuji lebih dari yang seharusnya adalah penjilatan,” pesan Ali bin Abi Thalib.

Memang, seorang penjilat biasanya suka memuji sesuatu secara berlebihan dengan tujuan mendapat hal yang sama. Agar diperhatikan. Supaya mendapat sanjungan. Ada keuntungan pribadi yang menjadi targetnya.

Islam melarang umatnya memuji sesuatu secara membabi buta.

“Alhamudlilah,” demikian rambu-rambu larangan untuk itu, yang artinya, “Segala puji hanyalah bagi Allah.”

Walau bukan tukang kompor, penjilat piawai mengompori. Suka batu api.

Seorang penjilat adalah pelapor ulung. Tanpa diminta, ia bisa menjadi public relation yang baik. Apalagi untuk hal-hal mengenai kesalahan kompetitornya.

Walau tak bisa mengoperasikan program power point, ia akan berapi-api memberikan presentasi yang buruk tentang sejawat yang dianggap saingannya itu kepada semua orang.

Ia tak peduli apakah laporan yang disajikannya itu tak sesuai fakta, hanya rekayasa atau sengaja direkayasanya.

Tak jarang pula, meskipun belum usia lanjut, makhluk sialan ini (begitu sebagian orang kerab menyebutnya), sering membesar-besarkan kesalahan rekan kerjanya (saingan). Padahal hanya segede upil kucing.

“Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tak kelihatan.”

Peribahasa ini ditulisnya rapi dalam catatan agenda yang selalu dibawanya kemana-mana.

Intinya, penjilat bukan hanya hafal, tapi sangat merdu mendendangkan lirik demi lirik lagu “Rekayasa Cinta” pedangdut Camelia Malik.

Tadi pagi, sehabis sholat subuh, kami membaca dua buah meme.

Meme pertama mengingatkan agar kita berhati-hati dengan penjilat.

“Mereka yang bisa menjilat bisa pula menggigit,” demikian kalimat di meme pertama yang ditulis dengan gambar seekor kucing berbulu putih.

Meme kedua, “Pembangkang lebih terhormat dari penjilat. Sejelek-jeleknya pembangkang dia masih memiliki prinsip, harga diri, dan berani tanggung resiko. Sedangkan penjilat hanya mencari tempat aman di bawah ketiak seseorang.”

Usai membaca kedua meme itu, kami ingat sebuah pesan.

Pesan itu kami kirim ke seorang calon pemimpin masa depan daerah ini, sekitar sebulan dan seminggu lalu.

“Makan apa yang bisa kita telan, muntahkan yang memang harus kita buang. Terkadang mereka juga tidak jujur. Cuma tahu kesalahan orang,” itulah sebagian isi pesan dimaksud.

Pesan itu kami kirimkan padanya via aplikasi WhatsApp Messenger (WA), Jumat malam, 27 September 2019, pukul 22.40 WIB.

Lidah memang tak bertulang dan bukan tetelan.

Moga-moga kita dan keluarga kita terjauh dari penyakit hati ini yang satu ini; licik. Amin! #####

Bengkalis, 3 November 2019